Tampilkan postingan dengan label life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label life. Tampilkan semua postingan

Kamis, Mei 08, 2014

Watch Out! Darurat Kejahatan Seksual terhadap Anak!



Komisi Perlindungan Anak menetapkan tahun 2013 sebagai tahun darurat kekerasan seksual terhadap anak.  Pada 2012—2013 Komnas PA mencatat ada 3.023 kasus pelanggaran hak anak di Indonesia dan 58% atau 1.620 anak menjadi korban kejahatan seksual. Beberapa pihak bahkan memprediksi bahwa kejahatan seksual pada anak tahun 2014 ini meningkat. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Arist Merdeka Sirait memprediksi, pada tahun 2014, kasus kekerasan terhadap anak akan meningkat. Bahkan jumlah kasus diperkirakan bisa melonjak hingga 100 persen. Sekretaris Jenderal Komnas Anak Samsul Ridwan mengatakan, pihaknya mencatat tahun ini jumlah pengaduan kekerasan anak sebanyak 3.023 kasus. Angka ini meningkat 60 persen dibandingkan tahun lalu, yang hanya 1.383 kasus.  Dari jumlah tersebut, ia melanjutkan, 58 persennya atau 1.620 merupakan kasus kejahatan seksual terhadap anak. Jadi, jika dikalkulasi, setiap hari Komnas menerima pengaduan sekitar 275 kasus (tempo.co).
Data menunjukkan bahwa memang kasus ini akan semakin meningkat dan harus diwaspadai oleh setiap orang tua agar mengawasi setiap buah hatinya. Karena justru pelaku kriminal ini kebanyakan memiliki relasi dekat dengan korban.

Kasus yang menimpa beberapa anak di JIS mungkin hanya fenomena iceberg saja. Kasus yang sama yang tidak ter-blow up oleh media diperkirakan jumlahnya sangat besar. Kejahatan seksual pada anak sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Bahkan angka kejahatan ini diperkirakan akan semakin meningkat tiap tahunnya di tengah arus budaya yang serba bebas ini. Mungkinkah kasus kejahatan terhadap anak ini bisa dibendung?

Budaya Permisif, Liberalisme, dan Kapitalisme

Kasus kejahatan seksual terhadap anak terus meningkat. Tingkat persebaran kasus kejahatan ini hampir merata di setiap Negara. Hal ini karena liberalisme merebak dan menjangkiti setiap lapisan masyarakat. 'Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan secara umum (Coady, 1995). Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama (Sukarna, 1981). Liberalisme sekarang ini telah banyak dianut oleh setiap bangsa sebagai cita-cita tertinggi.

Sebenarnya liberalisme sendiri lahir dari nilai-nilai demokrasi Barat yang menghendaki kebebasan. Dalam salah satu pilar demokrasi, kebebasan berperilaku menjadi standar gaya hidup bagi penganut demokrasi, disadari atau tidak. Kebebasan inilah yang menjadi paradigma berpikir kebanyakan manusia yang tidak lagi menggenggam prinsip agama dalam kehidupannya. Indonesia, sebagai salah satu Negara dengan tingkat heterogenitas suku bangsa yang tinggi, pun menganut nilai kebebasan ini. Jadi, wajar jika banyak dari masyarakatnya memiliki kepribadian dan kelakuan yang bebas sesuai dengan prinsip liberalisme ala Barat.

Begitu pula dengan paradigma naluri seksualnya. Dalam konsep Barat, naluri seksual adalah kebutuhan jasmani yang harus segera dipenuhi. Hal ini tercermin dari hasil seni dan budaya yang mereka hasilkan. Lihat saja, hasil-hasil seni yang lebih banyak merangsang hawa nafsu seperti dengan menunjukkan keindahan tubuh, cerita-cerita dan lagu-lagu yang berbau romantisme, dan juga film-film yang mengundang hasrat seksual, yang dengan itu bisa mencapai kepuasan naluri seksual mereka. Dengan berbagai macam cara, mereka berusaha untuk memenuhi hasrat seksual mereka bahkan dengan melakukan penyimpangan seksual sekalipun, seperti homoseksual, incest, pedofilia, nekrofilia, zoofilia, atau semacamnya yang semakin menjauhkannya dari fitrah sebagai seorang manusia normal. Namun tidak pernah ada tindakan tegas dari pemerintah terhadap para pelaku penyimpangan seksual ini.

Budaya dunia yang semakin permisif menjadikan manusia hidup sebebas-bebasnya sesuai apa yang dianutnya. Bahkan sistem kapitalisme menjadi pendukung utama agar Negara menjamin setiap kebebasan individu warga negaranya. Artinya, Negara tidak berhak mengganggu kebebasan tiap-tiap orang. Inilah yang akhirnya menjadikan hukum-hukum itu kebal di hadapan para pelaku kejahatan. Dengan uang, kebebasan dapat diraih. Undang-undang dan hukum pun takluk. Inilah kehidupan dalam sistem kapitalisme, karena kebebasan mendapat jaminan penuh dari si pembuat hukum.

Bagaimana Solusinya?

Harus kita apresiasi tinggi, bahwa Komnas Perlindungan Anak Indonesia cukup cepat tanggap untuk bisa menyelesaikan kasus kejahatan seksual terhadap anak yang terus meningkat. Namun tak cukup dengan itu, karena seharusnya Negara itulah yang memiliki wewenang tertinggi untuk bisa mengatasi setiap permasalahan yang terjadi pada masyarakatnya. Jika kita lihat, Indonesia sebenarnya memiliki undang-undang yang mengatur tentang kejahatan seksual atau pun tentang anak-anak. Akan tetapi, tampaknya undang-undang ini tidak memiliki ketegasan yang nyata.

Justru kasus yang sama berulang kembali seperti tak ada jejak hukuman bagi para pelaku. UU dan sanksi yang berlaku sama sekali tak memberikan efek jera.  Apa yang salah? Undang-undang memang ada, tapi lihatlah kapitalisme menjamin setiap kebebasan individu. Kontradiktif bukan? Artinya sekeras apapun undang-undang yang mengatur, ia akan takluk di bawah sistem yang menaunginya.

Islam Punya Solusi

Islam adalah sebuah aturan kehidupan yang komprehensif dan menyeluruh. Islam memiliki solusi atas setiap permasalahan yang terjadi di dunia ini, termasuk pun atas masalah kejahatan seksual terhadap anak. Dalam Islam, naluri adalah salah satu potensi yang diberikan Allah swt. kepada setiap manusia, salah satunya adalah naluri seksual atau naluri melestarikan jenis. Artinya, ia menjadi fitrah bagi manusia. Namun, sebagai makhluk Allah, manusia wajib tunduk terhadap aturan yang telah diturunkan-Nya. Manusia tidak boleh menuruti nalurinya sesuai kehendaknya sendiri. Naluri seksual hanya boleh muncul dalam kehidupan suami-istri dan terlarang dilakukan bagi selain pasangan yang telah halal baginya. Sebab, Islam menetapkan bahwa hakikat pemenuhan naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan umat manusia, bukan kepuasan semata. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap Muslim. Oleh karena itu, untuk menjaga naluri ini Islam sangat mengaturnya. Islam mengaturnya secara khusus dalam sistem pergaulan, bagaimana interaksi antar perempuan dan laki-laki, hubungan dalam keluarga, etika interaksi dalam masyarakat, batasan-batasan aurat, dan lainnya.

Oleh karena itu, penyelesaian kasus ini tidak bisa dilakukan secara parsial, karena memang membutuhkan solusi sistemik. Negara dengan aparatur dan UU yang abai, sampai kapan pun kasus yang sama akan terus berulang. Akan tetapi, ketika aparatur dan sistemnya diubah, otomatis penyelesaian masalah pun akan ditindak secara berbeda. Secara mendasar, syariah Islam mengharuskan negara untuk senantiasa menanamkan akidah Islam dan membangun ketakwaan pada diri rakyat.  Negara pun juga berkewajiban menanamkan dan memahamkan nilai-nilai norma, moral, budaya, pemikiran dan sistem Islam kepada rakyat.  Hal itu ditempuh melalui semua sistem, terutama sistem pendidikan baik formal maupun non formal dengan beragam institusi, saluran dan sarana.  Dengan begitu, maka rakyat akan memiliki kendali internal yang menghalanginya dari tindakan kriminal termasuk kekerasan seksual dan pedofilia.  Dengan itu pula, rakyat bisa menyaring informasi, pemikiran dan budaya yang merusak.  Penanaman keimanan dan ketakwaan juga membuat masyarakat tidak didominasi oleh sikap hedonis, mengutamakan kepuasan materi dan jasmani.  Begitupun dengan semua itu rakyat banyak juga bisa terhindar dari pola hidup yang mengejar-ngejar dunia dan materi yang seringkali membuat orang lupa daratan, stres dan depresi yang membuatnya bersikap kalap. Selain itu, Negara tidak akan membiarkan pornografi dan pornoaksi tersebar di tengah-tengah masyarakat. Begitu pula dengan sanksi yang akan di dapat oleh pelaku kejahatan ini akan memberikan efek yang jera. Bagi para pelaku penyimpangan seksual seperti homoseksual, dalam sistem sanksi Islam, hukuman bagi para pelakunya adalah hukuman mati. Begitu pula dengan para pelaku pedofilia dalam bentuk sodomi akan dijatuhi hukuman mati. Siapa saja yang kalian temukan melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual) maka bunuhlah pelaku (yang menyodomi) dan pasangannya (yang disodomi).” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi)

Ijmak sahabat juga menyatakan bahwa hukuman bagi pelaku homoseksual adalah hukuman mati, meski diantara para sahabat berbeda pendapat tentang cara hukuman mati itu. Hal itu tanpa dibedakan apakah pelaku sudah menikah (muhshan) atau belum pernah menikah (ghayr muhshan). Jika kekerasan seksual itu bukan dalam bentuk sodomi (homoseksual) tetapi dalam bentuk perkosaan, maka pelakunya jika jika muhshan akan dirajam hingga mati, sedangkan jika ghayr muhshan akan dijilid seratus kali.  Jika pelecehan seksual tidak sampai tingkat itu, maka pelakunya akan dijatuhi sanksi ta’zir.  Bentuk dan kadar sanksinya diserahkan kepada ijtihad khalifah dan qadhi.

Begitulah Islam akan menjadi pencegah serta penyelesaian setiap masalah. Namun, itu semua tidak akan dapat terealisasikan ketika Islam belum diterapkan dalam sebuah institusi Khilafah Islamiyah. Karena sejatinya, dengan Khilafah saja syariat Islam akan tegak dan semua permasalahan akan dapat diatasi. Islam datang dari Allah swt. Tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta. Allah swt. pula yang telah menurunkan Al-Quran, dan menjadikan Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya dan juga suri tauladan untuk diikuti oleh umatnya. Sudah saatnya bagi kita untuk mencampakkan sistem kapitalisme buatan manusia yang bobrok ini. Sebaliknya, justru ini adalah saatnya untuk menerapkan syariat Islam secara total dan menyeluruh dalam Daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahu’alam bisshawab

dimuat di situs http://www.suara-islam.com/read/index/10789/Watch-Out--Darurat-Kejahatan-Seksual-terhadap-Anak-

Selasa, April 01, 2014

Don't be Afraid




Kesehatan Di Era Khilafah: Pelayanan Berkualitas dan Gratis


Pandangan Islam tentang kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Islam telah menyandingkan kesehatan dengan keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim).

Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR Muslim).

Dalam Islam, kesehatan juga dipandang sebagai kebutuhan pokok publik, Muslim maupun non-Muslim. Karena itu, Islam telah meletakkan dinding yang tebal antara kesehatan dan kapitalisasi serta eksploitasi kesehatan. Dalam Islam, negara (Khilafah) bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara. Rasulullah saw. bersabda, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Tugas ini tidak boleh dilalaikan negara sedikitpun karena akan mengakibatkan kemadaratan, yang tentu diharamkan dalam Islam.


Rasulullah saw.: Peletak Fondasi Yang Kokoh

Pandangan Islam yang tinggi terhadap kesehatan itu sesungguhnya bagian integral dari totalitas sistem kehidupan Islam. Sistem ini didesain Allah SWT secara unik untuk diterapkan pada institusi politik yang Dia desain secara unik pula, yakni Khilafah.

Rasulullah saw. telah membangun fondasi yang kokoh bagi perterwujudan upaya preventif-promotif dan kuratif. Ini terjadi saat syariah Islam turun secara sempurna dan diterapkan secara sempurna pula. Upaya preventif seperti mewujudkan pola emosi yang sehat, pola makan yang sehat, pola aktivitas yang sehat, kebersihan, lingkungan yang sehat, perilaku seks yang sehat serta epidemi yang terkarantina dan tercegah dengan baik tak lain adalah buah manis yang niscaya dapat dinikmati saat syariah Islam diterapkan secara kaffah.

Keberhasilan Rasulullah saw. melakukan upaya preventif-promotif direfleksikan oleh sebuah peristiwa yang terukir indah dalam catatan sejarah, yaitu saat dokter yang dikirim Kaisar Romawi selama setahun berpraktik di Madinah kesulitan menemukan orang yang sakit.


Kesehatan Gratis untuk Semua

Upaya kuratif direalisasikan di atas prinsip-prinsip etik kedokteran yang tinggi. Ini menjadi faktor penting agar setiap pasien memperoleh pelayanan penuh, rasa aman, nyaman, dipelihara jiwa dan kehormatannya sebagai sebaik-baiknya makhluk ciptaan Allah SWT. Di antara prinsip etik kedokteran tersebut adalah larangan menggunakan metode pengobatan yang membahayakan akidah, martabat, jiwa dan fisik pasien; izin praktik hanya diberikan kepada dokter yang memiliki kompetensi keilmuan kedokteran dan berakhlak mulia; obat dan bahan obat hanyalah yang halal dan baik saja; larangan menggunakan lambang-lambang yang mengandung unsur kemusyrikan dan kekufuran.

Layanan kesehatan berkualitas dijamin ketersediaannya. Semunya digratiskan oleh negara bagi seluruh warga negara yang membutuhkannya, tanpa membedakan ras, warna kulit, status sosial dan agama, dengan pembiayaan bersumber dari Baitul Mal. Hal ini terlihat dari apa yang dilakukan Rasulullah saw. kepada delapan orang dari Urainah yang menderita gangguan limpa. Saat itu mereka datang ke Madinah untuk menyatakan keislamannya. Mereka dirawat di kawasan pengembalaan ternak kepunyaan Baitul Mal, di Dzil Jildr arah Quba’. Selama dirawat mereka diberi susu dari peternakan milik Baitul Mal. Demikian pula yang terlihat dari tindakan Khalifah Umar bin al-Khaththab. Beliau mengalokasikan anggaran dari Baitul Mal untuk mengatasi wabah penyakit Lepra di Syam.

Banyak institusi layanan kesehatan yang didirikan selama masa Kekhilafan Islam agar kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan gratis terpenuhi. Di antaranya adalah rumah sakit di Kairo yang didirikan pada tahun 1248 M oleh Khalifah al-Mansyur, dengan kapasitas 8000 tempat tidur, dilengkapi dengan masjid untuk pasien dan chapel untuk pasien Kristen. Rumah sakit dilengkapi dengan musik terapi untuk pasien yang menderita gangguan jiwa. Setiap hari melayani 4000 pasien. Layanan diberikan tanpa membedakan ras, warna kulit dan agama pasien; tampa batas waktu sampai pasien benar-benar sembuh. Selain memperoleh perawatan, obat dan makanan gratis tetapi berkualitas, para pasien juga diberi pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan. Hal ini berlangsung selama 7 abad. Sekarang rumah sakit ini digunakan untuk opthalmology dan diberi nama Rumah Sakit Qolawun.

Kualitas layanan kesehatan yang persis sama juga diberikan oleh Rumah Sakit an-Nur yang didirikan pada masa Khalifah Bani Umayyah, al-Walid, tahun 706 M, di Damaskus. Rumah sakit ini menjalankan fungsinya selama 8 abad dan masih ditemukan sisa kejayaannya saat ini. Lembaga pendidikan kedokterannya berkualitas terbaik.

Pada masa Nizhamul Muluk, di Kota Ray didirikan rumah sakit bersalin terbesar untuk seluruh Persia, selain didirikan sekolah tinggi ilmu kebidanan. Para bidan desa mendapat pembinaan 2 hari dalam sepekan oleh dokter-dokter ahli kandungan. Dokter ahli kandungan yang terkenal antara lain Az-Zahrawi, Abu Raihan Albairuni (374 H) dan Bahrum Tajul Amin (380 H). Kedua sarana ini dibangun atas perintah Khalifah Harun al-Rasyid kepada al-Masawaih, dokter yang menjabat menteri kesehatan.

Negara tidak luput melaksanakan tanggung jawabnya kepada orang-orang yang mempunyai kondisi sosial khusus, seperti yang tinggal di tempat-tempat yang belum mempunyai rumah sakit, para tahanan, orang cacat dan para musafir. Untuk itu negara mendirikan rumah sakit keliling tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Ini seperti pada masa Sultan Mahmud (511-525 H). Rumah sakit keliling ini dilengkapi dengan alat-alat terapi kedokteran, dengan sejumlah dokter. Rumah sakit ini menelusuri pelosok-pelosok negara.


Gratis dan Berkualitas

Tingginya kualitas layanan kesehatan gratis yang disediakan negara terlihat dari standar layanan yang diterapkan rumah sakit pemerintah. Tenaga medis yang diterima bertugas di rumah sakit, misalnya, hanyalah yang lulus pendidikan kedokteran dan mampu bekerja penuh untuk dua fungsi rumah sakit: menyehatkan pasien berdasarkan tindakan kedokteran yang terbaharui (teruji); memberikan pendidikan kedokteran bagi calon dokter untuk menjadi para dokter yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pengobatan pasien. Hal ini terlihat dari tes yang dilakukan Adhud ad-Dawla terhadap seratus orang dokter calon tenaga medis di Al-‘Adhudi Bimaristan (rumah sakit). Yang lulus akhirnya 24 dokter saja.

Lokasi rumah sakit harus yang terbaik untuk kesehatan, seperti di atas bukit, atau di pinggir sungai. Bimaristan al-‘Adhudi (rumah sakit umum), misalnya, didirikan Adhud ad-Dawla pada tahun 371H/981 M, di pinggir Sungai. Air sungai mengalir melalui halaman gedung rumah sakit yang dikelilingi tembok dan ruangan-ruangan yang luas dan kembali ke mengalir ke Tigris. Lokasi ini dipilih Khalifah Harun ar-Rasyid berdasarkan arahan ahli kedokteran ar-Razi.

Rumah Sakit Marakesh (Ibukota Maroko), didirikan pada masa al-Mansyur Ya’qub Ibn-Yusuf, tahun 1190 M, merupakan rumah sakit yang cantik sekali, dengan tata taman yang sangat indah, dilengkapi aneka pohon buah-buahan, aneka bunga-bungaan, tiga telaga buatan dengan air yang mengalir ke semua terowongan.

Bangunan rumah sakit pasien wanita terpisah dari bangunan rumah sakit pasien pria. Masing-masing bangunan mempunyai ruangan-ruangan yang luas untuk pasien. Dokter perempuan bekerja di bagian rumah sakit pasien perempuan. Dokter pria bekerja di bagian rumah sakit pasien pria.

Ada ruangan perawatan khusus untuk anak-anak dan bayi, ruangan untuk pemeriksaan kandungan dan melahirkan. Ruangan juga dibagi berdasarkan jenis penyakit, seperti penyakit dalam, trauma dan fraktur dan penyakit menular. Pada masing-masing bagian bertugas seorang atau lebih dokter dan masing-masing tim dokter ini diketuai seorang dokter kepala. Semua dokter di rumah sakit dikepalai seorang dokter yang disebut “Al-Saur”. Para dokter ini ditugaskan secara bergiliran, pagi dan malam hari, agar mempunyai waktu istirahat yang cukup.

Semua ruangan dilengkapi dengan peralatan kedokteran dan peralatan yang dibutuhkan dokter. Rumah sakit juga dilengkapi perpustakaan yang menyediakan buku-buku kedokteran, seperti farmakologi, anatomi, fisiologi, hukum kedokteran dan berbagai ilmu lain yang terkait dengan kedokteran. Contoh rumah perpustakaan terbesar adalah perpustakaan Rumah Sakit Ibnu Tulun di Kairo, yang mengkoleksi 100.000 buku. Rumah sakit itu dilengkapi pula dengan laboratorium dan apotik yang memberikan obat berdasarkan resep dokter. Terdapat pula dapur dan berbagai ruangan lain yang dibutuhkan untuk pelayanan yang optimal. Sejumlah karyawan rumah sakit bekerja sebagai pekerja kesehatan, asisten atau dresser, servents, cleaning cervice, pembantu pasien.

Masing-masing pasien memiliki kartu rekam medik, yang berisi catatan observasi dokter, tindakan yang dilakukan dokter. Jika dokter mengalami masalah, seperti untuk penegakkan diagnosis, dia harus berkonsultasi dengan kepala bagian atau dokter kepala. Para dokter mengadakan pertemuan sesering mungkin untuk mendiskusi kasus-kasus yang dihadapi. Tidak diragukan lagi, forum ini seperti mini konfrensi ilmiah kedokteran yang dilakukan saat ini.

Sebagai rumah sakit yang berfungsi pula sebagai tempat pendidikan kedokteran, di rumah sakit-rumah sakit terdapat sejumlah dokter spesialis dan profesor yang biasa di pagi hari memeriksa kasus, bersama dengan para mahasiswa kedokteran tingkat awal. Para dokter spesialis dan profesor ini mengajar para mahasiswa, melakukan pencatatan dan membuat resep, ketika telah terbiasa mengobservasi dan belajar. Kemudian profesor tersebut biasanya menuju aula besar, di sekelilinginya duduk para mahasiswa kedokteran, ia membacakan isi buku kedokteran dan menjelaskannya, serta menjawab pertanyaan para mahasiswa. Biasanya dilakukan tes di akhir perkualiahan. Mahasiswa diberi izin untuk bekerja pada bagian spesialis mereka. Hal ini, selain bagian dari proses pendidikan, juga pencegah para mahasiswa menjadikan pasien sebagai kelinci percobaan.

Kembali pada fungsi rumah sakit sebagai tempat layanan kesehatan, kontrol terhadap mutu pelayanan dilakukan secara ketat. Tim ahli yang diangkat Khalifah yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan layanan rumah sakit. Tim ini mengevaluasi, antara lain, isi catatan rekam medik pasien, pelayanan yang diperoleh pasien, makanan yang diberikan kepada pasien, apakah para dokter melaksanakan tugasnya secara sempurna. Dengan begitu rumah sakit selalu dalam kompetensi yang tinggi secara teknis, scientifically danadministratively.

Demikianlah sebagian permata indah yang tersimpan dalam catatan sejarah peradaban emas Khilafah di bidang kesehatan, yang tak tertandingi oleh peradapan manapun. Sungguh, dunia sangat merindukan kembali hadirnya keindahan permata itu di tengah-tengah kehidupan yang nyata. Allahu a’lam. []


Daftar Rujukan

Al-Maliki. Politik Ekonomi Islam. Al-Izzah. Bogor. 2008?

Deuraseh, N. The Book of Medicine (Kitab ath-Thibb) of Sahihal-Bukhari Prevention of Illness and Preservation of Health Perspectives. Part Two.Journal of the Bahrain Medical Society. Vol 20. No 2. April 2008.

Rini, Susrini, R., Waraharini, P. Sehat Seutuhnya Untuk Semua. ForMi-t. Jakarta. 2008.

Al-Ghazal, S. Medical Ethics in Islamic History at a Glance. JISHIM, 3. 2004.

Yamani, J. K. Kedokteran Islam dari Masa ke Masa. Dzikra. Bandung. 2002….

Al Badri, A. A. Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam. GIP. 1990

Al-Ghazali, Sharif Kaf. “The Origin of Bimaristans (hospitals) in Islamic Medical History,”http://www.islamicmedicine.or/bimaristan.htm.

Ragheb, E. “Hospital in Islamic Civilization,” http://en.islamstory.com/hospital-in-islamic-civilization.html.

Al-Faruqi, I dan Al-Faruqi, L. Atlas Budaya: Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang. Mizan. Bandung. 1998.

Ibn Abi Usaibi’ah, Uyun al-Anba, PP. 415 dalam Al-Ghazali, Sharif Kaf. “The Origin of bimaristans (hospitals) in Islamic medical history,”http://www.islamicmedicine.or/bimaristan.htm.



* copied from AL-WA'IE edisi JUNI 2011

Will, Way, and Hope


Actually I've posted it in my wordpress but only the picture. I just want to write about why I make this quote, besides I haven't posted in this blog such in a long time. But maybe I'm going to write just in few words.

When there's a will, there must be a way, and hope is lying there as well

Maybe, some people also have this quote to make sure that if we have a will, we should believe that we will find the way to make it come true, no matter what it is. I also add that hope is always lying there too. I believe in every time and every chance we try, there should be a hope. So, we don't have to worry, just do our best and we will get the best. 

Sabtu, Januari 18, 2014

Naiknya Harga Elpiji Menambah Penderitaan Rakyat

                 

Awal tahun 2014 ini, rakyat dikejutkan dengan naiknya harga tabung elpiji 12 kg. Sebab, kenaikan harga dari Rp 85ribu/ tabung menjadi hampir kurang lebih Rp 14 rb/tabung jelas sangat mencekik rakyat. Kenaikan harga yang diumumkan oleh Pertamina ini pun mengundang protes dari menteri-menteri terkait, dan juga Presiden. Presiden SBY pun turun tangan setelah kenaikan harga ini diumumkan, ia meminta kepada Pertamina untuk meninjau ulang kenaikan harga elpiji tersebut karena dinilai akan semakin mencekik rakyat. Hingga akhirnya, Pertamina pun merevisi kenaikan harga menjadi Rp 89ribu/kg sampai Rp 120rb/kg. Jika kita perhatikan, meskipun Pertamina telah merevisi harga kenaikan tabung elpiji, tetap saja ini menambah beban penderitaan rakyat. Seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah justru menghentikan kenaikan harga ini. Bahkan di sejumlah wilayah di Indonesia, harga gas elpiji tetap melambung tinggi dengan alasan para distributor telah membeli tabung elpiji 12kg dengan jumlah yang besar, sehingga akan merugikan jika dijual dengan harga revisi.

Jika kita lihat posisi Pertamina pada saat ini, seolah-olah mereka menjadi satu-satunya yang tertuduh bersalah atas kenaikan harga yang terjadi. Padahal, pemerintah pun tentunya punya andil besar, apalagi Pertamina telah dilepas oleh pemerintah sehingga menjadi sebuah korporat, mereka pun bersaing ketat dengan perusahaan migas-migas lainnya untuk mendapatkan keuntungan. Seharusnya pemerintah bisa menggagalkan kenaikan harga elpiji tersebut jauh-jauh hari. Anehnya,  pemerintah malah baru bertindak ketika harga telah naik, dan mereka bertingkah seolah pahlawan kesiangan bagi rakyat. Akan tetapi percuma saja, meskipun Pertamina telah merevisi harga, rakyat akan tetap menjerit karena kenaikan harga tidak hanya terjadi di satu aspek saja. Kenaikan harga terjadi hampir di semua aspek, apalagi ditambah dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dollar semakin membuat harga-harga barang tidak terkendali.

Apa yang salah? Tentunya kebijakan yang dibuat oleh penguasa negeri ini telah menyeret rakyat pada penderitaan yang tiada akhir. Kebijakan penguasa yang lebih pro asing/swasta membuat Indonesia, sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam, semakin terjajah. Selain itu, kejahatan sebenarnya adalah di tangan pemerintah dan ekonom negeri ini yang membiarkan sistem ekonomi liberal berkuasa. Termasuk membiarkan hajat hidup orang banyak – seperti migas – dikuasai asing, dan tidak diberikan manfaat sebesar-besarnya kepada rakyat. Pemerintah dalam sistem ekonomi liberal memang tidak memposisikan diri sebagai pelayan dan pengurus rakyat. Karena berlaku prinsip survival of the fittest. Hanya yang kuat yang bertahan. Jadi tak ada hubungan ri’ayah (pelayanan) dari negara kepada publik. Tragisnya lagi, pemerintah lebih mempertahankan kebijakan mengekspor gas alam dalam jumlah besar ke luar negeri, membiarkan negeri ini defisit gas. Dan yang paling tidak waras, harga jual gas ke negara lain jauh lebih murah ketimbang harga jual ke rakyat sendiri. Produksi gas alam dari blok Tangguh ke Cina diobral habis-habisan. Harga gas ke Fujian China hanya US$ 3,45 per MMBTU, sementara harga gas ekspor Indonesia ke luar negeri di atas US$ 18 per MMBTU sedangkan harga gas domestik US$ 10 per MMBTU. Artinya harga gas untuk warga Cina di RRC hanya seperempat harga gas untuk rakyat sendiri. Beruntunglah rakyat RRC karena mereka hidup makmur disubsidi oleh pemerintah Indonesia.

Itulah yang terjadi di negeri-negeri yang menganut kapitalisme. Padahal sesungguhnya, jika kita merunut pada sistem syariat Islam, maka migas itu adalah milik rakyat yang wajib dikelola oleh pemerintah dan tidak boleh diserahkan kepada swasta apalagi asing. Pemerintah wajib untuk melayani kebutuhan masyarakatnya, sehingga jika digunakan sistem syariah maka harga elpiji semacam ini akan mudah dan murah didapatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, sudah saatnya kita terapkan Islam di bumi Allah ini, karena hanya dengan Islam yang diterapkan secara menyeluruh itulah seluruh umat akan merasakan kesejahteraan yang nyata, yaitu dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Wallahu’alam bisshawab

Minggu, Oktober 13, 2013

Grown Up

Today was a lovely day, especially for my cousin. Why, because it was my cousin's wedding. She and I, actually, were different in 10 month of age. She was born in January 1990 and I was in October at the same year. So this day we have the same age, yes 23 years old. I'm very happy that she could met her prince and got married in her 23rd. Am I jealous? Haha... of course, lol :p, but maybe this time I haven't met my prince yet, not this time, but maybe soon, hehehe, aamiin~

Well, actually, I'm not going to talk about that, but for other thing I've realized when I saw all my cousins gathered in the wedding party. I realized something that maybe often appear in my thought, but I don't care for it. What is that? We've grown up!

Ten years ago or more, maybe my cousins and I were used to be together. We lived at the same place, in Balubur Bandung, at my grandmother's house. We were grown up together at that place happily. We used to  gather at the back room to play some games, such as monopoly, cards, computer, and so on. We used to make some jokes, pick up some jambu air, take a walk to Taman Ganesha in every weekend, go to the market and help my grandmother to cook, go to the mosque, swim at Karangsetra, have picnic in some places, and many more we used to do together.

But today, one of my cousins, have a marriage. Even, one of them has a daughter. Yes, we've grown up now, and every time we will grow up. The time goes so fast. I don't know what will happen in the next ten years. Maybe we will be together again, but in different situation. Maybe we will bring our beloved children, and we will talk as parents who tell the stories of our children, we will not play like we used to be, but maybe our children will do. Yes, maybe the future will be like that.

Aahhh~ I really miss my childhood time. The time when we're still together in the old house which now have gone because it had been renovated, and it doesn't belong to us anymore. The jambu air  was gone, the atmosphere of the old house was missing, and we're really missing the memories of our childhood. Because, we've grown up now. The life we choose will bring us to the path we have chosen. Maybe that old time was gone, but never with it's memories.

Rabu, Oktober 09, 2013

When Life should be Chosen


For the first time in my blog, I'm going to write about what happen to my mom. It has been three years that my mom is suffering breast cancer. At the first time she knew that she had that deadly sickness, there was a bump in her left breast. So, she decided to check it through biopsy, a medical test commonly performed by a surgeon or an interventional radiologist involving sampling of cells or tissues for examination (en.wikipedia.org/wiki/biopsy), took the sample of the cancer cell. However, it was getting worse after this took, my family decided that my mom should have a cancer surgery. My mom actually didn't feel well, she didn't want to have the surgery. But, a doctor, who is also my family, really suggested that if it was liked the only way to survive. Then, my mother went to hospital to do some procedures before she had a surgery. I didn't know why, but it was a long and complicated procedure. The doctor who gave an appointment with my mother didn't come. So my mother finally decided to cancel the surgery. My mother has decided to do some alternative therapies to heal herself from cancer.

As time goes by, my mother has some alternative therapies, such as drink soursop leaf tea, which is known as the best medicine for cancer, drink mangosteen juice, some herbs, sarang semut tea, eat more vegetables and fruits, and many more. We (me, my sisters, and my father) also should follow her diet. However, my mother becomes so sensitive. She's easy to get angry or annoyed if we do some mistakes. As the first daughter, I do almost household duties. My mother's condition is never stabil, sometimes looks healthy but other times she is weak. She becomes so resentful. So my father often tells us not to tell our problems to her.

Someday, my mother's condition became so weak, then I was afraid maybe my mother didn't have much time anymore. She was depressed because of her choice not to take the surgery. The doctor in my family really stressed that she must take it if she wanted to survive. And it really became her stressful topic in her mind. And one thing that made her really depressed that the doctor said if she still didn't take the surgery, she would die in 6 months later. Oh God! Why did he say that to his own cousin? It made me really mad, and of course all my family did. We'd tried to give her spirit, reliance, optimism, and hope, that she still has chance to survive. We never know when we will die, but we will someday, for sure. Not him who knew the answer when we will die, but HIM! Only HIM! Sometime, medical treatment is always be the first choice for people. So, maybe some doctors will be proud of their ability to cure sick people. However, sometime they forget that, who only can cure people is not them, but HIM up there. That should be remembered!

For now, my mother still commits what she has decided. She wears a kind of waistcoat for cancer therapy which invented by Dr. Wasito, in Tangerang. We should have great optimism that my mother will be recovered soon from her cancer. Although some people out there maybe furious why we do not decide to take the surgery, my mother keeps steadfast to face this all, and she still tries to get healthy again. Even she told me that she was grateful with this, because she can feel that she can be closer to HIM. Yes, I hope so. I hope that this sickness will abort all her mistakes, just like what Rasulullah (PBUH) had said. I can only hope the best for her.



Minggu, Oktober 06, 2013

One Step Closer

One step closer.....
The title isn't in A Thousand Year's lyric, but it is about my age, my life, and my future. Well, today is my birthday. From now on, I'm a 23 year old woman. Woman? Yes, I'm not a young girl anymore, although I always wish that this would be always my forever 20th birthday, then I will always be young, haha!

Maturity, a word that will always be considered. Actually I don't know what happened to my 22nd age. I was really under pressure, I felt that it was not myself. My ego was really uncontrolled. What I felt was that I wanted to be free, to let me out from my problems, and I really wanted to go somewhere I never knew. Those all really made me confused, fed up, and crazy. Yes, that was true! But I'd tried to hold on with my life. Then, I passed through those all. Alhamdulillah, I came back to my normal self. I hate my 22 which I wished that I would be more fortunate. However, I should thank that Allah still give me many chances to do, to fix all.

Well, today is my birthday. Nothing special in my birthday. No party (of course), no candle (of course, it's forbidden in Islam), no cake, or else, less felicitation from my family and friends, but there are always prayers for me from those one I always love, this is the most important!

I realize that in this my 23rd age, I should become stronger, more creative, braver, and better than previous. I should get closer with Allah, because I know that I'm getting closer to the door of my death. Yes, that is  the one I always should remember. I only hope for the best. The best I can do, the best also I can get. And I have many prayers that in my 23rd year old, I hope my all targets will be coming true.

One step closer to success
One step closer to happiness
One step closer to death

Minggu, Juli 14, 2013

Ironi Fanatisme Sepak Bola: Menukar Kehidupan Akhirat dengan Dunia Sesaat

Ehem...ehem...oke, malam ini pertandingan sepak bola antara Dream Team Indonesia vs Arsenal sedang berlangsung. Sambil nungguin gol masuk, sambil posting aja deh. Sebenernya, tulisan ini mungkin gak jauh beda sama postingan aku sebelumnya tentang fanatisme sepak bola. Mungkin sekedar pengantar, aku ceritain dulu deh gimana ceritanya dulu sampe aku suka sepak bola, atau Arsenal lebih tepatnya.

Well, ceritanya dulu kira-kira kelas 4 SD, aku udah mulai tertarik sama sepak bola. Ya, karena bapakku lumayan sering juga nonton Persib, jadi otomatis aku ikutan deh. Nah, pas mulai demam World Cup 2002, aku mulai kena virus sepak bola deh. Waktu itu aku masih kelas 6 SD dan lagi Ujian Akhir Sekolah, tetep aja aku tontonin pertandingannya, tapi Jerman only! (Gol for Arsenal menit 53, 0-2) Dari sanalah aku mulai menggandrungi sepak bola. Terus 2 tahun kemudian, virus itu tiba-tiba dateng lagi. Entah kenapa, tiba-tiba suatu malem, aku ingin banget nonton sepak bola. Kebetulan waktu itu, di TV7 pas malem minggu disiarkanlah Barclays Premiere League alias Liga Inggris. Kebetulan lagi, pertandingan yang disiarkan pada saat itu adalah Arsenal vs Millwall FC, Arsenal menang 4-1. Mulai dari sana, aku tambah suka sama sepak bola. Meskipun sebenarnya udah suka dan udah punya tim kesayangan dan pemain kesayangan yaitu AC Milan dan Kaka. Tapi ternyata, permainan Arsenal lebih cantik dan menarik untuk ditonton (apalagi rumput stadion di Inggris lebih hijau daripada di Itali, hehe). Wajar sih suka sama Arsenal waktu itu, secara, mereka emang lagi jadi the best team tahun 2003-04, apalagi rekor mereka sebagai The Invincible Team (49 match unbeaten atau tidak terkalahkan) belum selesai. Akhirnya aku jatuh cinta pada Arsenal dan juga Fabregas, haha. Begitulah ceritanya, sampai aku suka bahkan suka banget (waktu dulu) sama Arsenal.

Well, itu sekedar pengantar doang. Terus, gimana sekarang? Apa masih suka sama Arsenal? Umm, sebenarnya sih masih suka. Tapi gak se-fanatik dulu. Setelah Fabregas pergi ke Barcelona, entah kenapa dan syukurlah, rasa fanatik itu berkurang. Aku udah mulai jarang banget nonton Arsenal, bahkan kayanya emang gak niat (kecuali malem ini, karena mumpung Arsenal lagi tour ke Indonesia, hehe). Atau memang aku udah paham dengan berbagai kajian Islam yang aku ikuti, bahwa ikatan fanatisme hanyalah ikatan semu, tidak layak diperjuangkan di hadapan Allah!

So, apa yang mau dipersoalkan? Kebetulan, karena aku emang goonerette (julukan buat penggemar Arsenal versi cewek), aku punya banyak teman gooner dan goonerette di akun facebook. (Gol lagi nih buat Arsenal, 3-0). Ternyata emang mereka antusias sekali dengan kedatangan Arsenal ke Indonesia, dan aku lihat, mereka sampai bela-belain nginep di GBK di bulan puasa ini demi nonton Arsenal. Wajar? Wajar aja sih, tapi berlebihan juga ternyata (Wah, gol lagi nih sama Giroud, 4-0). Kenapa? Indonesia, negeri yang mayoritas Muslim dan sedang bulan Ramadhan, gimana ibadah wajib mereka?! Sementara, pas aku ikut acara Muktamar Khilafah di GBK aja, mau sholat dan ke wc aja susahnya mintaaa ampun, karena peserta yang bejibun. Aku yakin penonton Indonesia buat pertandingan ini dan sejenisnya lebih dari capaian peserta MK.

Bahkan, ada status teman fb yang berkata kurang lebih seperti ini 'Tarawehnya libur dulu aja ya, kan sunah | Kalo nonton Arsenal mah wajib buat gooner'. Belum lagi, kadang ditambah dengan sikap nasionalisme yang berlebihan ketika menonton timnas kesayangan. Dan juga, ada aktivitas ikhtilat (campur baur antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya) disana. Astaghfirullahaldziim! Itulah orang-orang yang menukar kehidupan akhiratnya demi kehidupan dunia yang sesaat, sungguh sangat merugi!

Aku harus banyak beristighfar nih. Mungkin saja aku juga termasuk orang-orang seperti itu, astaghfirullahaldziim....! Menyukai sesuatu memang diperbolehkan, asalkan ia tidak bertentangan dengan syara' dan tidak melebihi cintanya pada Allah swt. Menonton pertandingan sepak bola memang mubah hukumnya, asalkan ia tidak melalaikan ibadah yang menjadi prioritasnya kepada Allah swt. Inilah fakta dan realita yang terjadi di tengah-tengah umat Muslim sekarang ini, sungguh menyedihkan! Kebanyakan umat Muslim belum paham dengan Islam itu sendiri. Yah, begitulah...

Oke, mungkin cukup sekian postingan malam ini, karena pertandingan sudah berakhir dan tentunya tulisan ini harus menjadi sebuah refleksi bagi aku sendiri yang senantiasa harus mengevaluasi diri bagaimana menjadi seorang Muslim yang taat dan tidak mengabaikan hukum syara'.

Hey, by the way, the match is now finished with 0-7, you know who the winner is! Well done, lads!




Kamis, Mei 16, 2013

Kisah di Ujung Harapan yang Kelam

Sebenarnya ini puisi dibuat untuk dibacakan pas acara Sehari Bersama Perempuan 2011 dengan judul acara "TKW-ku Sayang, TKW-ku Malang: Antara Pahlawan Devisa atau Korban Komoditas" hanya saja karena beberapa hal akhirnya puisi ini tidak jadi untuk dibacakan dan diganti dengan puisi lainnya yang juga aku buat (karena jobdesc sbg divisi acara, hehe). Tapi karena terlanjur suka dan baitnya yang berima, makanya aku ingin repost lagi di blog yg ini, hehe.... 

Kisah di Ujung Harapan yang Kelam

oleh Arvibie

Setapak jalan terbentang di ujung raga
Sekilas cahaya terbesit depan mata
Mengarungi samudera; terbangkan sayap
Berjalan telusuri secercah harap

Namun cahaya lenyap tertutup bayangan
Menyelimuti kalbu tenggelam bersama harapan
Menghempas raga yang terhanyut dalam arus
Membawa kenangan yang semakin tergerus

Waktu berjalan layaknya sungai mengalir
Tetes air mata jatuh berbulir-bulir
Badai tak reda petir pun menyambar
Mengoyak luka hitam yang terbakar

Jiwa melayang; harapan sirna
Terbalut dalam luka penuh hina
Tangisan bercucuran penuh darah
Senandung perih yang tak pernah lelah

Andai kilauan cahaya itu menyala terang
Bersinar tuk menggapai kasih sayang
Bayang hitam tak mungkin menyelimuti
Menepis luka-luka di dalam hati


*dipersembahkan untuk para TKW yg ada di seberang sana
hidup adalah perjuangan, namun perjuangan itu akan bermakna

ketika sang cahaya kembali bersinar di muka bumi ini
ya, cahaya itu adalah Islam



when will our tears stop?

Senin, Februari 11, 2013

A Door to Afterlife

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ
"Every soul will taste death..." (Ali-Imran, 3:185)



There are so many verses in the Quran and Hadith which describe about death. Why? As the verse tell above that 'every soul will taste death', it means that everyone who lives in this world will be dead someday, sooner or later and unpredictable, nobody knows! Rasulullah saw. (PBUH) had told that the most intelligent person is the one who always remember about death and the one who has best prepared to face it (HR.Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy).

Death will come to every person so unpredictable, that's why we should prepare all the best to face it. Of course, we don't want to face it without bring anything, right? Death is just like a door which we open to enter a new world out there. If we do not bring anything to make us keep 'alive' and safe there, so what will happen to us? We'll be suffered! Whereas, the world we'll enter is longer even everlasting for our ages. That's why Rasulullah saw. kept telling us to remind this thing which some people forget that they might feel to live in this world forever. This world is only a halfway house, we will leave it sooner or later and come to the place where we belong to.

Death is a silent advice to make people think and even change. The more we remember it, the more also we're closer to Allah, that is what should happen actually. Death is also a breaker all pleasures in the world. We are surrounded by it, wherever we are, we can't avoid it! Even we're hiding in the most secret place, death will find us. That should be remembered!

We should learn from death that we couldn't stay in this world forever. Yup...just remember, our death train will come after us into somewhere new, where the afterlife begins. Just wait, hehe :)

Don't forget to prepare our long journey! Bring all the things you need, and it's all our good deeds in Allah's way! Straight our journey purpose into His heaven, and don't go somewhere else! I hope we all will get the tickets soon, aamiin~!

Good luck and farewell....!
HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy.

Jumat, Februari 08, 2013

No Gift I Can Give


A father's goodness is higher than the mountain, a mother's goodness deeper than the sea. -- Japanese Proverb
Every person maybe have a dream to make his/her parents proud and live happily. Because, parents are everything we own in this world. They love and take care of us since we do not know of single word, single deed, and single thing. They give everything they have for us to keep alive, love, affection, money, energy, knowledge, and there's so much more. Sometimes, we never realize that we can't ever live without them. In our child time, we might make them so busy and troublesome. In our teenage time, we might make them so worried and restless of what we do. In our adult time, we might make them still worried and confused of what we will get in our new life. They often say, that the highest of their happiness is to see their children live happily. However, we still find so many difficulties to make them happy. What should I do in my 22nd year-old?

A few weeks ago, my mom ever told me that she never expect anything from me to make her happy. For her, to see me and my two little sisters being closed to Him, would make her happy. Her words make me realize that I can't ever make her happy. What I feel, just like I only can make my parents disappointed. Yea, she often tells me, she is lucky to have us as her children not just like many children nowadays. I know, we're 'different', even after I have taken this path, my sisters might look to what I do. And I am lucky too, to have this family as my family. Although, sometimes, I make them disappointed.

I do not have any money or wealth to make them happy. If I have, maybe I could give everything they want. But I remember, money or wealth is not the real happiness I should reach. Since I was graduated from my university, I am now jobless, and it means I do not accept any salary, and means no money for me. So, I am still given by my parents. Different from my cousin, after she was graduated from her school, she got a job. Now, she gets much money. And her family might be happy that on the weekend they can be together and go somewhere they want. Yes, today, money is everything. But not for me.

Just to be honest, maybe I want to get money and do what my cousin's family do to make them happy. However, I remember what my mom said. I have no gift to give them, but this path I take. I just want to give them such a real happiness, not only in this world, but also the afterlife. With my two little sisters, we really want to give our parents the tickets of heaven.
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda "Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang anak gadis lalu ia sabar merawatnya dalam keadaan susah dan senang, maka Allah akan memasukkan dia sorga berkat kasih sayang orang itu kepada ketiganya" (H.R. Ahmad).
And that's what I can only try. Maybe I can't ever give them the happiness through wealth, money, tittle, or position, but I will try as the one Rasul had said. I take this path to save my parents, to give them the true happiness, because the true happiness is only come through Allah's will. And that's what I will try, to reach the real happiness through the path He has provided. Wallahualam bisshawab.

Kamis, Januari 24, 2013

Lesson: Good or Bad? Who is Actually Looking at You?






Pelajaran dari kajian hari ini adalah tentang sifat baik dan buruk, serta terpuji dan tercela. Keempat istilah tersebut memang sangat sering kita jumpai dalam kehidupan ini, tentu saja, kadang-kadang kita secara sadar maupun tidak, sering melakukan perbuatan dengan predikat tersebut. Dua pasang istilah tersebut memang berlawanan secara maknanya. Maka otomatis, perbuatan yang melekat dengan predikat istilah itu pun akan jauh berbeda, tergantung siapa yang memandang.

Sebuah predikat layak disandingkan pada suatu perbuatan tertentu dalam kehidupan kita, entah itu baik atau buruk, dan terpuji atau tercela. Orang masa kini berpandangan, predikat yang melekat pada suatu perbuatan tertentu menjadi relatif di mata orang. Bahkan pujian seseorang untuk menilai suatu perbuatan atau pun barang menjadi sangat penting di hampir kebanyakan orang pada saat ini. Inilah sebuah tipu daya yang kadang menjebak manusia kepada kehidupan yang jauh dari realita. Realita yang saya maksudkan di sini adalah kita sebagai seorang Muslim kadang terjebak dengan predikat baik, buruk, terpuji, atau tercela, ketika kita sebagai manusia yang lemah memberikan predikat tersebut secara ‘polos’ karena naluriahnya manusia yang penuh dengan hawa nafsu, lemah dan juga terbatas. 
Manusia kadang memandang segala sesuatu yang dicintainya berarti itu adalah baik untuknya, sedangkan sesuatu yang tidak disukainya berarti buruk baginya. Tapi apakah demikian? Sebuah perbuatan sejatinya tidak memiliki muatan positif atau pun negatif (kok kaya magnet ya?), semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia di bumi ini sejatinya adalah netral, ia tidak bernilai baik atau buruk. Hanya saja ada unsur-unsur luar yang mempengaruhinya sehingga keberadaannya menjadi baik atau buruk di mata manusia.  Seperti misalnya, A sangat hobi berenang karena ia tahu renang dapat membuat tubuhnya menjadi sehat dan segar. Maka renang pun mendapat predikat baik dari si A, yang sangat menyukai kegiatan tersebut. Akan tetapi berbeda misalnya dengan si B, ia pernah melakukan kegiatan renang, tetapi suatu saat ia tenggelam, dan dari sanalah ia trauma untuk berenang kembali. Oleh karena itu, si B menjadikan renang itu adalah kegiatan yang buruk bagi dirinya. Begitulah suatu perbuatan dapat bergeser nilainya sesuai dengan unsur-unsur yang mempengaruhinya dan juga tujuan apa yang hendak ia capai dari perbuatan tersebut.
              
Sering kali juga, manusia terjebak pada pujian dari sesama manusia lainnya. Ambil saja sebuah contoh, berpakaian, misalnya seorang wanita berpakaian menarik (sebuah predikat).  Ia mengenakan gaun berwarna merah muda dengan panjang selutut dan tidak tanggung-tanggung memperlihatkan kemulusan kulitnya. Wajahnya pun dihiasi dengan riasan cantik. Sangat mempesona, bukan?! Sehingga predikat cantik dan menarik  dari orang yang melihatnya layak disematkan kepada wanita tersebut. Lalu bagaimana Allah memandang wanita tersebut? Apakah dia memang cantik di hadapan Allah? Atau justru Allah sangat membencinya? Padahal jelas, dalam Islam, Allah melarang wanita untuk tidak memperlihatkan auratnya kepada orang yang bukan muhrimnya. Pendapat siapakah yang lebih layak untuk kita ambil? So, think it by yourself! ;)
                 
Dalam Islam, seharusnya Muslim tidak berpandangan seperti yang demikian, karena telah ada ketetapan dari Allah swt. tentang setiap perbuatan. Hukum syara-lah yang pada akhirnya menjadi standar dalam melaksanakan suatu perbuatan. Seorang Muslim tidak boleh melandaskan akal dan logikanya, apalagi hawa nafsunya, untuk menilai suatu perbuatan, akan tetapi semuanya Allah sajalah yang menentukan. Banyak perbuatan yang mungkin kita tidak sukai, tetapi baik di mata Allah. Begitu pula sebaliknya, banyak perbuatan yang kita senangi dan kita cintai, tetapi ternyata Allah melaknatnya. Jadi pertanyaannya adalah siapakah yang lebih mengetahui urusan kita? Siapakah yang lebih baik memandang kita, apakah manusia ataukah Allah, Tuhan kita?! Absolutely, you know the answer, right?!

Selasa, Januari 01, 2013

Got My Reflection



I am now
In a world where I
Have to hide my heart
And what I believe in
But somehow
I will show the world
What's inside my heart
And be loved for who I am 

Who is that girl I see
Staring straight back at me?
Why is my reflection
Someone I don't know?
Must I pretend that I'm
Someone else for all time?
When will my reflection show
Who I am inside?  

[Reflection - Christina Aguilera]


Farewell 2012...Welcome 2013


Waktu terus berjalan tanpa pernah berhenti kecuali jika Sang Pemilik waktu menyuruhnya untuk berhenti. Tahun terus berganti menutup masa-masa yang pernah bergulir dan membuka ruang baru untuk diisi ratusan asa dan impian. Lembaran baru telah dibuka, lembaran lama pun jangan ditutup dahulu, biarlah sejenak kita menengok tuk menjadi pembelajaran di waktu yang masih disediakan.

Huff...sebenarnya tahun baru Hijriah telah berganti sekitar satu bulan yang lalu. Hanya saja aku belum sempat menuliskan resolusi-resolusi yang ingin kucapai tahun depan. Jadi, baru di kesempatan pergantian tahun Masehi ini, aku bisa menuliskan rencana-rencana yang ingin kucapai. Yaa...tak ada salahnya kan untuk terus berharap selama aku masih diberi kesempatan hidup. For you too, of course! ;)

Akhirnya, malam pergantian tahun baru 2013 kemarin, bisa kulewati dengan menuliskan program kerja pribadiku selama satu tahun kedepan. Tak seperti tahun-tahun lalu yang biasanya kulewati dengan menonton film semalaman suntuk sampai jam tiga dini hari, karena aku tak ingin melewatkan film-film box office terbaru yang tayang perdana di layar kaca. Hehe...Well, well, that was my past!

Karena aku sudah berhasil menuliskan 15 program kerja pribadi untuk tahun 2013 ini, tak ada salahnya jika aku ingin sedikit saja bernostalgia (meskipun baru sehari) pada memoriku tahun 2012 lalu. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang kudapat selama setahun itu. Bisa kukatakan, 2012 was a great year! Aku menemukan semuanya dan akhirnya aku bisa melihat refleksiku di cermin, who really I am inside!

Ehemm...sebenarnya aku tak biasa mencatatkan peristiwa-peristiwa besar hidupku dalam buku harianku (lagian juga gak punya sih), tetapi hal itu sudah tercatat secara otomatis dalam memoriku, hehe! Let's see what have happened along 2012---

Januari -- Aku masih ingat di awal tahun ini aku mendapat tiga amanah yang cukup berat, tiga amanah ini belum pernah aku terima sebelumnya. Tapi kehidupan berjalan sangat dinamis, aku harus terima kedua amanah ini untuk masa depanku juga, di dunia dan akhirat! Meskipun aku sempat merasa terkejut dan gusar, karena aku khawatir amanah ini akan terlalaikan, disamping aku pun memiliki amanah lain sebagai mahasiswa, yup, sidang skripsi!

Februari -- Aku mulai merancang program-program untuk tiga amanahku. Aku berusaha memahaminya dan menjalankannya. Ada salah satu amanah yang kurasakan sulit. Aku meminta maaf pada rekan-rekan setimku atas kelalaianku sehingga aku kurang dapat mengarahkan kinerja tim. Tapi aku senantiasa berusaha memberikan segala daya upayaku, tapi begitulah hasilnya, unsatisfied! (sorry)

Maret -- Bulan ini aku mulai merasakan jadwal yang padat, perasaan yang dikorbankan, pikiran yang full of many things, tubuh yang lelah. Tapi itulah perjuangan! Teringat seorang sahabat mengatakan bahwa tubuh ini memanglah diciptakan untuk berlelah-lelahan di jalanNya. Jadi aku meyakinkan diriku dengan Surat Muhammad ayat 7, this verse always makes me strong!

April -- Mungkin bulan ini adalah bulan awal pencapaian keberhasilanku dalam memegang amanah. Aku sadar kinerjaku masih sangat kurang, tapi aku sudah memberikan yang terbaik untuk sebuah acara besar bagi perempuan di kampusku. Bulan ini mungkin titik tolak keberhasilanku di tahun 2012.

Mei -- Sebenarnya tak ada yang cukup istimewa di bulan ini. Hanya saja, aku terus bergulat untuk merampungkan penelitian untuk sidang skripsiku. Alhamdulillah, judul penelitianku sudah disepakati dalam sidang seminar di bulan ini. Dan hal ini membuat langkah menuju kelulusanku semakin dekat.

Juni -- Amanah terbaru aku terima. Untungnya masih sesuai dengan minatku. Tapi hal ini menjadi ujian terbesarku ketika aku pun masih harus berjuang untuk menyelesaikan penelitianku yang semakin rumit saja. Bimbingan bersama dosen terus kujalani, berusaha mencari jalan termudah untuk melakukan penelitian. Aku masih dibingungkan dengan karya-karya apa saja yang akan aku teliti. Bahkan aku disulitkan dengan karya itu sendiri. Aku kesulitan memahami jalan cerita karya yang akan aku ambil. Amanahku dari organisasi kubuat menjadi penghiburnya. 

Juli -- Kurasa bulan ini adalah puncak dan pusat semua kegalauanku tahun 2012. Ramadhan tahun ini kurasakan sangat jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Amanahku bertumpuk-tumpuk setiap harinya di bulan Ramadhan. Mungkin teman-temanku sering melihat keanehan yang tampak di wajahku, hehe~! Tugas demi tugas berlomba mencapai deadline, huff! Banyak sekali kesulitan yang kuhadapi, tapi kucoba ikhlas demi Allah, sehingga beban-beban itu tak terasa berat. Skripsi pun masih menghantui, ditambah peringatan orang tua yang menyuruhku agar lulus cepat. Kutargetkan sidang di bulan Agustus jauh-jauh hari.
Kucoba melaksanakan amanah itu berbarengan tanpa melalaikan salah satu diantaranya.

Agustus -- Sayang, target sidang skripsiku bulan ini tidak berhasil. Aku masih mengalami kesulitan dalam membahas karya-karya Charles Dickens. Meskipun salah satu amanah kepengurusan telah selesai, aku masih berlomba dengan deadline skripsiku, yang kutunda menjadi di bulan September. Idul Fitri kali ini pun terasa berbeda, aku tidak mudik ke kampung bapakku di Purbalingga, dikarenakan ibuku yang sedang sakit. Jadi kuisi liburan lebaranku dengan mengerjakan skripsi (again).

September -- Hatiku was-was karena penelitianku belum juga selesai di awal bulan. Aku khawatir sidang akan dilaksanakan di pertengahan bulan. Kucoba kejar dosen pembimbingku agar aku bisa segera menyelesaikan skripsiku. Dan di akhir bulan ini, aku berhasil mendaftarkan diriku untuk mengikuti sidang skripsi di awal bulan Oktober (finally)! Karena di bulan ini tak digelar sidang skripsi, aku beruntung :D

Oktober -- Aku rasa, bulan inilah puncak pencapaianku di tahun 2012. Tanggal 1 menjadi tanggal yang bersejarah di hidupku. Yea, aku berhasil lulus dari sidang skripsiku, meskipun IPK-ku tidak cumlaude, tapi aku cukup lega akhirnya aku bebas dari beban kuliahku (sebenarnya masih harus revisi skripsi). Bulan ini begitu berarti, disamping itu umurku menjadi genap kembar 22 tahun. Allah memberkati usiaku dengan sebuah kado kelulusan untukku. Ini tentu saja tak lepas dari pertolongan Allah atas usaha yang selama ini aku lakukan. Alhamdulillah....

November -- Wisuda pun digelar. Kini aku menjadi seorang Sarjana Sastra. Ini adalah titik awal bagi kehidupanku yang selanjutnya. Aku merasa kebingungan dengan masa depanku. Aku baru mulai menyusun rencana ke depan, yang jelas itu semua terlambat. Aku meminta izin pada orang tuaku untuk bertahan di kampus hingga bulan Desember, dimana amanah kepengurusanku akan selesai.

Desember -- Amanah kepengurusanku berakhir dan aku siap berpetualang mendapatkan amanah lainnya. 

Overall:
Semua yang kutuliskan di atas mungkin berkutat pada satu kata 'amanah'. Amanah kepanitiaan, kepengurusan, skripsi, jelas semua itu amanah. Semua manusia pasti memegang amanah, hanya saja satu pelajaran yang kudapat, amanah akan terasa ringan ketika semua itu diniatkan karena Allah swt. Perjuanganku mungkin baru segitu saja, tetapi mudah-mudahan tak sia-sia. Aku masih harus banyak belajar dan terus bergerak mengoptimalkan semuanya agar pencapaian yang ditargetkan pun berhasil. Komitmen adalah salah satu kunci untuk menggapai keberhasilan itu. Tentu semua itu tak lepas dari Allah swt, oleh karena itu tentu saja kunci lainnya adalah kedekatan kita dengan Allah swt, karena Allah saja yang berhak menentukan segala sesuatunya dan kita hanyalah makhluk yang terus berikhtiar dan terus meminta. Allah tidak pernah melihat hasil apa yang kita capai, tapi Allah akan melihat proses yang kita lalui seperti apa. 

I can see my own reflection who the real I am inside!
Semoga di tahun 2013 ini, aku berharap bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Aku bisa mewarnai dunia ini dengan sebuah cahaya abadi yang kekal dan tak akan pernah redup hingga akhir zaman. Hidup adalah perjuangan! Perjuangan adalah untuk hidup! Hidup adalah pilihan, pilihan untuk menjadi yang terbaik adalah komitmen! 

Semoga Allah swt. senantiasa mengiringi kita selalu dalam langkah-langkah kecil kita untuk merubah dunia....
Have great days in 2013 ;)