Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Juni 14, 2014

Olahraga Dalam Islam, Seperti Apa?

Ada artikel keren nih, tulisan Ustadz Hafidz Abdurrahman, silakan dibaca dan dipahami :)



Olahraga Dalam Islam

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Dunia olahraga memang luas, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Potensi, motivasi bahkan ambisi mereka dalam berolahraga pun berbeda-beda. Ada yang baik dan positif, tetapi ada juga yang tidak baik dan negatif. Olahraga itu sendiri, apakah yang berbentuk fisik maupun psikis, ternyata ada yang bermanfaat dan konstruktif, tetapi ada juga yang membahayakan dan merusak.

Karena itu, kegiatan olahraga dan non-olahraga, bahkan semua urusan kehidupan manusia, karena merupakan bagian dari kehidupan manusia, harus diatur, baik dengan Alquran maupun Sunnah Rasulullah SAW. Baik dalam bentuk perbuatan, perkataan, termasuk motivasi dan tindakannya. Pengaturan itu bukan karena tradisi dan budaya atau karena populer dan digandrungi, jika ternyata bertentangan dengan syariat Allah harus dilarang. Sebab, syariatlah yang menjadi pemutus atas individu, jamaah dan negara. Syariat pulalah yang menjadi penentu perasaan dan perilaku. Syariat pulalah yang mengatur seluruh aspek kehidupan.


Tujuan Olahraga
Kehidupan umat Islam pada era di mana hukum Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan di bawah naungan Khilafah adalah kehidupan yang dipenuhi dengan ambisi dan cita-cita Islam yang agung dan mulia, yaitu i’la’i kalimati-Llah (menjunjung tinggi kalimah Allah) dengan dakwah dan jihad, guna mengemban dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh dunia. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya melancong dan rekreasi umatku adalah berjihad di jalan Allah.” (HR Abu Dawud, Hakim, Baihaqi dan at-Thabrani).
Ini menjadi bukti, bahwa kehidupan umat Islam bukan kehidupan yang dipenuhi dengan sendagurau, main-main dan santai, tetapi kehidupan yang serius. Meski tidak berarti, tidak boleh diselingi, sesekali dengan santai dan sendagurau. Tetapi, selingan tetap selingan. Bukan justru, selingan ini mendominasi waktu dan hari-hari seorang Muslim.

Karena itu, jika Nabi memerintahkan agar kita mengajarkan renang, berkuda dan memanah kepada anak-anak kita, konteks perintah tersebut ada dua: Pertama, menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat; Kedua, melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah. Tidak lebih dari itu. Maka, olahraga diperlukan dalam dua konteks ini. Bukan untuk olahraga itu sendiri, juga bukan untuk mendapatkan dan mengumpulkan harta, bukan pula untuk mendapatkan popularitas dan ketenaran, yang diikuti dengan arogansi, kesombongan serta sikap destruktif lainnya, sebagaimana yang banyak ditunjukkan oleh olahragawan dan atlet saat ini.

Dengan kata lain, olahraga ini di-set up sedemikian rupa sebagai bagian dari aktivitas politik dan ideologis. Inilah tujuan dan konteks olahraga, yang di era permulaan Islam dikenal dengan istilah Furusiyyah (latihan berkuda untuk menjadi kesatria), yaitu untuk memberikan, membela dan mengembalikan hak-hak yang dirampas dari pemiliknya.

Dalam konteks inilah, olahraga ini disyariat. Allah berfirman, “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang mampu kalian upayakan.” (Q.s. al-Anfal [8]: 60). Nabi juga bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah, ketimbang orang mukmin yang lemah.” Dalam konteks itu pula, Nabi SAW mengizinkan orang-orang Abesenia untuk memainkan tombak di masjid Nabawi yang mulia. Nabi juga mengizinkan Aisyah, istri baginda SAW, untuk melihat mereka (HR Muttafaq ‘Alaih).

Kebijakan Olahraga yang Salah

Ketika kehidupan umat Islam dipimpin oleh ideologi kapitalisme, dengan asas manfaat sebagai pandangan hidupnya, maka orientasi hidup kaum Muslim pun berhasil disesatkan. Mereka bukan hidup untuk Islam dan umatnya, apalagi persiapan untuk kehidupan akhirat. Tetapi, mereka hidup untuk kesenangan duniawi dan materi. Dunia olahraga pun disulap menjadi industri untuk mewujudkan ambisi materi, duniawi dan polularitas.

Para olahragawan dan atlet pun telah menjelma menjadi selebritas, yang diburu oleh media dan penggemar, kemudian diikuti dengan iklan dan pendapatan yang melimpah. Inilah industri olahraga yang telah keluar dari konteksnya untuk menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dan melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah. Di negara-negara Barat, olahragawan dan atlet pun terlibat skandal seks, minuman keras, kecanduan obat dan moralitas.

Fenomena kehidupan mereka pun telah menyihir kaum Muslim. Mereka mengikuti berita dan agenda olahraga dengan mendalam, sementara mereka nyaris tidak tahu urusan agama dan umat mereka. Semuanya ini telah menyeret mereka dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Inilah musibah yang dihadapi oleh kaum Muslim saat ini. Bahkan, olahraga telah digunakan sebagai sarana untuk meracuni mereka dan menghalang-halangi mereka dari dzikir, shalat dan jihad di jalan Allah, serta membuang-buang potensi mereka untuk bermain siang dan malam, tanpa peduli terhadap peristiwa atau kondisi yang menimpa kaum Muslim. Ini jelas dilarang oleh Islam.

Kepentingan Politik dan Ideologis

Jihad sebagai ujung tombak Islam (dzarwah sanam al-Islam) dan cara yang disyariatkan oleh Allah untuk meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, jelas membutuhkan persiapan, antara lain kebugaran badan. Dalam hal ini, olahraga dan latihan fisik jelas mempunyai peranan. Sebagai contoh, keahlian memanah, melempar lembing dan menembak, misalnya, jelas sangat dibutuhkan dalam berjihad.

Demikian juga kebugaran fisik, merupakan prasyarat yang dibutuhkan dalam berjihad agar bisa mengarungi medan jihad yang sangat berat. Ini membutuhkan latihan dan olahraga, seperti jalan kaki, lari spring, termasuk renang yang sangat membantu kebugaran fisik dan pernafasan. Selain itu, olahraga seperti karate, taekwondo, kungfu, ninja dan keterampilan sejenisnya, di mana olahraga ini berguna untuk mempertahankan diri dan menyerang lawan, juga dibutuhkan.

Hanya saja, olahraga tersebut bukan untuk olahraga itu sendiri, sehingga tidak untuk diperlombakan, sekaligus menjadi ajang pertunjukan, tontonan dan bisnis. Karena tradisi perlombaan seperti ini tidak ada dalam budaya Islam. Budaya ini merupakan budaya Yunani, dengan gimnasiumnya, dan ada sebelum Islam. Ketika Islam berkuasa, budaya dan tradisi seperti ini tidak pernah ditemukan dalam kehidupan Islam. Karena itu, apa yang kini berlangsung di tengah-tengah kaum Muslim, sesungguhnya bukan warisan budaya Islam dan bertentangan dengan cita-cita Islam. Wallahu a’lam.[]

Komentar:
Islam sangat mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, bahkan olahraga pun diatur sedemikian rupa. Subhanallah. Ternyata olahraga yang baik itu adalah olahraga yang bisa mendukung kekuatan fisik seorang Muslim untuk berjihad di jalan Allah. Tentu saja, bukan untuk mencari ketenaran dan materi belaka seperti kebanyakan para atlet sekarang, karena seorang manusia itu hidup hanyalah untuk beribadah saja kepada Allah swt. :)

Rabu, April 02, 2014

Demokrasi Hanya Lahirkan Kerusakan

                Sebentar lagi, hanya menghitung hari, masyarakat Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilu raya untuk memilih anggota legislatif serta pemimpin bangsa ini. Berbagai poster, baligho, pamflet, bendera-bendera partai dan asesoris partai lainnya menghiasi setiap penjuru daerah. Program-program partai untuk membela rakyat dikoar-koarkan melalui media-media. Pemilu dijadikan sebagai ajang eksistensi bagi mereka yang mencalonkan dirinya sebagai calon legislatif atau para calon wakil rakyat yang katanya akan menyalurkan aspirasi rakyat. Namun pertanyaannya sekarang adalah akankah para pemimpin rakyat ini merealisasikan janji-janji yang mereka ucapkan sewaktu kampanye? Karena faktanya pada saat ini kita menemukan bahwa janji-janji itu seperti bisikan-bisikan mimpi yang penuh dengan kepalsuan tanpa pernah terwujud.  Rakyat sudah menyadari bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Kerusakan terjadi dalam semua ranah kehidupan. Masyarakat harus menyadari bahwa kerusakan yang melanda negeri ini dan sebagian besar negara lain di dunia adalah karena penerapan sistem demokrasi buatan manusia.

Kelahiran Demokrasi Kuno
                Sejarah membuktikan, demokrasi lahir di negara Yunani pada abad V SM silam. Istilah demokrasi mengandung dua kata yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan, sehingga demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan atau pemerintahan rakyat.  Dalam perjalanannya sendiri di negeri kelahirannya, demokrasi tak dapat bertahan lama.  Meskipun Yunani kuno menggunakan sistem demokrasi dalam pemerintahannya, tetapi dalam praktiknya sistem ini memberikan kekuasaan pada pria elit saja untuk mengatur kekuasaan yang disebut dengan Majelis. Selain itu seperti yang dikatakan oleh Robert Dahl, seorang ahli tata negara, menyatakan bahwa demokrasi kuno yang dulu dipakai berbeda sekali dengan konsep demokrasi yang kita pahami saat ini. Dalam konteks Yunani kuno saat itu, kata ‘rakyat’ merujuk kepada sekumpulan orang yang tinggal dalam sebuah kota kecil. Sehingga pada saat ini, kita menemukan pengertian yang berbeda dengan konteks ‘rakyat’ itu sendiri dalam dunia kontemporer. Selain itu, dalam pandangan Yunani kuno, demokrasi harus memenuhi enam syarat, yaitu: 1) Warga negara harus cukup serasi dengan kepentingan mereka (para elit kekuasaan); 2) Mereka harus padu dan homogen; 3) Jumlah warga negara harus kecil (bahkan kurang dari 40.000); 4) Warga negara harus dapat berkumpul dan secara langsung memutuskan legislasi; 5) Warga negara harus berpartisipasi aktif dalam pemerintah; 6) Negara kota harus sepenuhnya otonom. Jelas syarat itu semua tak dapat dipenuhi oleh demokrasi modern saat ini.

Reinkarnasi Demokrasi
                Sistem demokrasi Yunani kuno pada akhirnya tak dapat bertahan lama, hal ini karena memang sistem itu sudah cacat sejak lahir. Sistem ini juga dikalahkan oleh pemerintahan Kekaisaran Romawi yang menguasai hampir seluruh daratan Eropa. Kekaisaran Romawi sendiri menganut pemerintahan monarki absolut dengan sistem teokrasi. Di dalamnya, raja berkolaborasi dengan gerejawan untuk memimpin negara. Raja dianggap sebagai wakil tuhan untuk mengatur kehidupan dunia, ia bekerja sama dengan gerejawan untuk mengendalikan rakyat dengan doktrin-doktrin yang bersifat otoriter seolah-olah dinisbatkan kepada tuhan. Kolaborasi raja dan gerejawan ini melahirkan penindasan berkepanjangan kepada rakyat Eropa, sehingga kita mengenal zaman ini sebagai ‘The Dark Ages’ atau Masa Kegelapan Eropa. Kemiskinan melanda rakyat Eropa karena pajak yang sangat tinggi, banyak ilmuwan dihukum mati karena dianggap bertentangan dengan doktrin agama, masyarakat diselimuti oleh kebodohan karena hanya orang-orang gereja saja yang dapat mengakses ilmu pengetahuan, berbagai macam penyakit menjangkiti masyarakat, dsb. Kemudian, terjadilah pemberontakan yang dipimpin oleh para filsuf dan ilmuwan, dimana mereka menuntut untuk memisahkan agama dari kekuasaan. Gereja tidak diperbolehkan untuk mencampuri urusan perpolitikan negara.  Dari sinilah lahir paham sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan seluruhnya. Agama dianggap sesuatu yang suci sehingga tidak boleh dicampurkan dengan aspek kehidupan lainnya. Istilah demokrasi kembali dipakai di Eropa setelah berabad-abad dicampakkan. Majelis rakyat kembali dipilih oleh rakyat untuk membuat hukum perundang-undangan dan pengaturan atas nama rakyat. Demokrasi pada akhirnya menjadi alternatif solusi yang dipakai hingga saat ini untuk menjadi sistem pemerintahan yang dipakai hampir sebagian besar oleh negara-negara di dunia.

Kritik terhadap Demokrasi
            Sebenarnya, demokrasi sudah mendapatkan kritik keras dari Aristoteles dengan menyebut sistem itu sebagai mobocracy atau the rule of mob, artinya adalah kekuasaan yang mengepung. Demokrasi digambarkan sebagai sistem yang bobrok, yang dikuasai oleh massa. Oleh karena itu, demokrasi rentan akan tindakan anarkis. Menurut Aristoteles, bila negara dipegang oleh banyak orang (melalui perwakilan legislatif) akan berbuah petaka. Dalam bukunya ‘Politics’, Aristoteles menyebut Demokrasi sebagai bentuk negara yang buruk (bad state). Menurutnya juga, negara Demokrasi memiliki sistem pemerintahan oleh orang banyak, dimana satu sama lain memiliki perbedaan (atau pertentangan) kepentingan, perbedaan latar belakang sosial ekonomi, dan perbedaan tingkat pendidikan. Pemerintahan yang dilakukan oleh sekelompok minoritas di dewan perwakilan yang mewakili kelompok mayoritas penduduk itu akan mudah berubah menjadi pemerintahan anarkis, menjadi ajang pertempuran konflik kepentingan berbagai kelompok sosial dan pertarungan elit kekuasaan. Apa yang dilontarkan oleh Aristoteles ini persis seperti yang sering kita saksikan di berita-berita, partai-partai politik saling beradu untuk mendapatkan kekuasaan tinggi demi mewujudkan kepentingannya di atas rakyat.

Demokrasi Hanya Lahirkan Kerusakan
          Kritikan Aristoteles sebenarnya harus menjadi tamparan keras bagi para politisi negeri ini. Demokrasi telah cacat sejak lahir dan tak pantas untuk diambil. Selain itu, reinkarnasi demokrasi yang terjadi di Eropa dahulu sebenarnya tak cocok untuk dipraktikkan. Indonesia dengan penduduknya yang mayoritas beragama Islam tidak pernah mengalami penindasan atas nama agama seperti yang terjadi pada masyarakat Eropa di abad pertengahan itu. Demokrasi bukanlah solusi tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi saat ini. Justru demokrasi ialah akar dari permasalahan ini semua. Demokrasi gagal mempraktikkan doktrin mendasarnya yaitu kedaulatan dan kekuasaan berada di tangan rakyat. Buktinya, orang-orang legislatif yang dianggap mewakili rakyat ini tidak pernah melahirkan kebijakan pro-rakyat. Rakyat memang memilih secara langsung para wakilnya, tetapi para wakil ini disediakan oleh parpol yang sarat dengan kepentingan, sehingga hak untuk bebas memilih sebenarnya hanya tipuan saja. Rakyat terbatas memilih para wakil rakyat yang sudah disediakan oleh parpol. Selain itu, dalam praktik demokrasi dimana pun, kekuasaan tetap saja berada di tangan elit politik maupun pemilik modal. Demokrasi gagal menjalankan doktrinnya sendiri.
              Selain itu, demokrasi juga berdiri di atas empat pilarnya, yaitu kebebasan beragama, berpendapat, berperilaku, dan berkepemilikan. Sesungguhnya, empat pilar ini juga merubuhkan institusi pemuja demokrasi. Lihatlah akibat pilar kebebasan beragama, aliran Ahmadiyah muncul dan tetap eksis, begitu pula dengan aliran-aliran dan akidah yang menyimpang lainnya tetap dibiarkan bahkan dipelihara oleh pemerintah. Kebebasan berpendapat membuat orang-orang yang anti-Islam menciptakan film penghinaan terhadap Rasulullah 'Innocence of Muslim' dan karikatur-karikatur untuk menjelek-jelekkan Rasul dan umatnya. Namun, kemarahan umat atas kejadian ini sama sekali tidak digubris oleh pemerintah kita yang juga notabene adalah Muslim. Remaja dan pemuda, yang menjadi tonggak peradaban suatu bangsa telah rusak dan hancur akibat menjadi pemuja kebebasan berperilaku. Hidup hura-hura disertai pergaulan bebas telah menjadikan mereka jauh dari identitas pemuda yang sebenarnya. Jika pemuda bangsa hancur, maka hancur pula bangsanya. Terakhir, adanya asas kebebasan berkepemilikan membuat bangsa ini terjajah. Sumber daya alam yang kaya dan melimpah ruah terus dikeruk oleh perusahaan-perusahaan asing, dan pemerintah tetap bungkam dalam kepura-puraannya. Sedangkan masyarakat dibiarkannya terjajah secara materi dan mental, kehidupannya tak lagi berharga ketika demokrasi merampas hak hidupnya. Agama telah dijauhkan di sisi terkucil dalam jiwa manusia, membuat mereka lupa seolah-olah mereka tak diawasi setiap gerak-geriknya oleh Yang Mahamelihat. Kemaksiatan terus terjadi dan tersebar dimana-mana. Itulah demokrasi sang pembuat kerusakan.

Masihkah Berharap pada Demokrasi?
                Masyarakat seharusnya menyadari, meskipun kepemimpinan di negeri ini sebentar lagi akan berganti, akan tetapi perubahan sejati tidak akan pernah terwujud selama masih diterapkannya sistem demokrasi. Mengapa? Karena rule of the system tidak berganti, orang-orang yang akan mengisi tampuk kepemimpinan pun pada akhirnya akan tetap menjalankan aturan yang ada, meskipun mereka mengaku memiliki program-program untuk melakukan perubahan. Faktanya, keadaan yang sama tidak akan pernah berubah. Rakyat tetap miskin, melarat, dan sengsara. Sedangkan elit politik serta para pemilik modal semakin adem ayem, karena undang-undang yang lahir menguntungkan mereka. Itulah sistem demokrasi buatan manusia. Ketika manusia memiliki wewenang untuk membuat hukum, maka aturan yang lahir disesuaikan dengan kepentingan dan hawa nafsunya saja. Aturan itu pun tidak memiliki acuan yang baku. Meskipun aturan di negara ini memiliki acuan baku yaitu berupa konstitusi UUD 1945, tetapi pada faktanya masih terdapat amandemen yang semakin liberal. Hal ini menunjukkan bahwa aturan itu tidak baku dan bersifat longgar. Itulah aturan buatan manusia. Jadi masihkah berharap pada demokrasi?

Islam Satu-satunya Jalan Perubahan  

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin? 
(Q.S Al-Maaidah : 50)

                Hukum siapakah yang lebih baik untuk diterapkan di bumi ini? Apakah hukum buatan manusia (hukum jahiliyah) ataukah hukum Allah? Siapakah yang lebih mengetahui perkara akan makhluk-Nya, apakah manusia (yang diciptakan) atau Allah, Sang Pencipta alam semesta beserta isinya? Jelas jawabannya adalah hukum Allah swt. bagi orang-orang yang cerdas dan beriman. Jadi mengapa harus menerapkan Islam? Karena Islam datang dari Sang Pencipta, yaitu Allah swt. sebagai rahmatan lil ‘alamin.
              Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran, begitu pula dalam As-Sunah Rasulullah saw. untuk menggunakan Islam sebagai aturan kehidupan manusia di dunia.

"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia:"Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat" Allah berfirman:"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu(pula) pada hari inipun kamu dilupakan".
(Q.S Ath-Thaaha : 124-126)

                Hari ini kita mengalami kehidupan yang sempit itu berupa susahnya mengais rezeki, harga-harga kebutuhan yang semakin hari semakin naik, sulitnya beribadah, kejahatan tersebar dimana-mana, serta saudara Muslim kita di luar sana yang meregang nyawa tiap waktunya. Tidakkah kita merasa hidup kita itu sempit? Dari ayat tersebut mengindikasikan bahwa kita saat ini sedang berpaling dari peringatan Allah. Padahal ayat-ayat Quran tiap hari kita membacanya, tapi mengapa isinya tidak kita jalankan dalam kehidupan ini? Ini merupakan peringatan bagi kita bahwa sudah saatnya kita kembali pada hukum-hukum Allah, karena hukum Allah adalah hukum yang terbaik bagi manusia, dan karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, yaitu rahmat untuk alam semesta ini. Jadi, mengapa kita harus bersusah payah hidup dalam aturan manusia ketika Allah, Pencipta kita sendiri, sudah menyediakan aturan yang terbaik? Marilah kita bersama-sama memperjuangkan tegaknya kembali syariat Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah, sebuah institusi negara yang telah Rasulullah contohkan dan kemudian dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah setelahnya. Jadi, tinggalkan demokrasi! Tegakkan Syariat dan Khilafah Islamiyah! Allahu Akbar!

Wallahu ‘alam bisshawab

*dari berbagai sumber

Selasa, April 01, 2014

Kesehatan Di Era Khilafah: Pelayanan Berkualitas dan Gratis


Pandangan Islam tentang kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Islam telah menyandingkan kesehatan dengan keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim).

Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR Muslim).

Dalam Islam, kesehatan juga dipandang sebagai kebutuhan pokok publik, Muslim maupun non-Muslim. Karena itu, Islam telah meletakkan dinding yang tebal antara kesehatan dan kapitalisasi serta eksploitasi kesehatan. Dalam Islam, negara (Khilafah) bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara. Rasulullah saw. bersabda, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Tugas ini tidak boleh dilalaikan negara sedikitpun karena akan mengakibatkan kemadaratan, yang tentu diharamkan dalam Islam.


Rasulullah saw.: Peletak Fondasi Yang Kokoh

Pandangan Islam yang tinggi terhadap kesehatan itu sesungguhnya bagian integral dari totalitas sistem kehidupan Islam. Sistem ini didesain Allah SWT secara unik untuk diterapkan pada institusi politik yang Dia desain secara unik pula, yakni Khilafah.

Rasulullah saw. telah membangun fondasi yang kokoh bagi perterwujudan upaya preventif-promotif dan kuratif. Ini terjadi saat syariah Islam turun secara sempurna dan diterapkan secara sempurna pula. Upaya preventif seperti mewujudkan pola emosi yang sehat, pola makan yang sehat, pola aktivitas yang sehat, kebersihan, lingkungan yang sehat, perilaku seks yang sehat serta epidemi yang terkarantina dan tercegah dengan baik tak lain adalah buah manis yang niscaya dapat dinikmati saat syariah Islam diterapkan secara kaffah.

Keberhasilan Rasulullah saw. melakukan upaya preventif-promotif direfleksikan oleh sebuah peristiwa yang terukir indah dalam catatan sejarah, yaitu saat dokter yang dikirim Kaisar Romawi selama setahun berpraktik di Madinah kesulitan menemukan orang yang sakit.


Kesehatan Gratis untuk Semua

Upaya kuratif direalisasikan di atas prinsip-prinsip etik kedokteran yang tinggi. Ini menjadi faktor penting agar setiap pasien memperoleh pelayanan penuh, rasa aman, nyaman, dipelihara jiwa dan kehormatannya sebagai sebaik-baiknya makhluk ciptaan Allah SWT. Di antara prinsip etik kedokteran tersebut adalah larangan menggunakan metode pengobatan yang membahayakan akidah, martabat, jiwa dan fisik pasien; izin praktik hanya diberikan kepada dokter yang memiliki kompetensi keilmuan kedokteran dan berakhlak mulia; obat dan bahan obat hanyalah yang halal dan baik saja; larangan menggunakan lambang-lambang yang mengandung unsur kemusyrikan dan kekufuran.

Layanan kesehatan berkualitas dijamin ketersediaannya. Semunya digratiskan oleh negara bagi seluruh warga negara yang membutuhkannya, tanpa membedakan ras, warna kulit, status sosial dan agama, dengan pembiayaan bersumber dari Baitul Mal. Hal ini terlihat dari apa yang dilakukan Rasulullah saw. kepada delapan orang dari Urainah yang menderita gangguan limpa. Saat itu mereka datang ke Madinah untuk menyatakan keislamannya. Mereka dirawat di kawasan pengembalaan ternak kepunyaan Baitul Mal, di Dzil Jildr arah Quba’. Selama dirawat mereka diberi susu dari peternakan milik Baitul Mal. Demikian pula yang terlihat dari tindakan Khalifah Umar bin al-Khaththab. Beliau mengalokasikan anggaran dari Baitul Mal untuk mengatasi wabah penyakit Lepra di Syam.

Banyak institusi layanan kesehatan yang didirikan selama masa Kekhilafan Islam agar kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan gratis terpenuhi. Di antaranya adalah rumah sakit di Kairo yang didirikan pada tahun 1248 M oleh Khalifah al-Mansyur, dengan kapasitas 8000 tempat tidur, dilengkapi dengan masjid untuk pasien dan chapel untuk pasien Kristen. Rumah sakit dilengkapi dengan musik terapi untuk pasien yang menderita gangguan jiwa. Setiap hari melayani 4000 pasien. Layanan diberikan tanpa membedakan ras, warna kulit dan agama pasien; tampa batas waktu sampai pasien benar-benar sembuh. Selain memperoleh perawatan, obat dan makanan gratis tetapi berkualitas, para pasien juga diberi pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan. Hal ini berlangsung selama 7 abad. Sekarang rumah sakit ini digunakan untuk opthalmology dan diberi nama Rumah Sakit Qolawun.

Kualitas layanan kesehatan yang persis sama juga diberikan oleh Rumah Sakit an-Nur yang didirikan pada masa Khalifah Bani Umayyah, al-Walid, tahun 706 M, di Damaskus. Rumah sakit ini menjalankan fungsinya selama 8 abad dan masih ditemukan sisa kejayaannya saat ini. Lembaga pendidikan kedokterannya berkualitas terbaik.

Pada masa Nizhamul Muluk, di Kota Ray didirikan rumah sakit bersalin terbesar untuk seluruh Persia, selain didirikan sekolah tinggi ilmu kebidanan. Para bidan desa mendapat pembinaan 2 hari dalam sepekan oleh dokter-dokter ahli kandungan. Dokter ahli kandungan yang terkenal antara lain Az-Zahrawi, Abu Raihan Albairuni (374 H) dan Bahrum Tajul Amin (380 H). Kedua sarana ini dibangun atas perintah Khalifah Harun al-Rasyid kepada al-Masawaih, dokter yang menjabat menteri kesehatan.

Negara tidak luput melaksanakan tanggung jawabnya kepada orang-orang yang mempunyai kondisi sosial khusus, seperti yang tinggal di tempat-tempat yang belum mempunyai rumah sakit, para tahanan, orang cacat dan para musafir. Untuk itu negara mendirikan rumah sakit keliling tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Ini seperti pada masa Sultan Mahmud (511-525 H). Rumah sakit keliling ini dilengkapi dengan alat-alat terapi kedokteran, dengan sejumlah dokter. Rumah sakit ini menelusuri pelosok-pelosok negara.


Gratis dan Berkualitas

Tingginya kualitas layanan kesehatan gratis yang disediakan negara terlihat dari standar layanan yang diterapkan rumah sakit pemerintah. Tenaga medis yang diterima bertugas di rumah sakit, misalnya, hanyalah yang lulus pendidikan kedokteran dan mampu bekerja penuh untuk dua fungsi rumah sakit: menyehatkan pasien berdasarkan tindakan kedokteran yang terbaharui (teruji); memberikan pendidikan kedokteran bagi calon dokter untuk menjadi para dokter yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pengobatan pasien. Hal ini terlihat dari tes yang dilakukan Adhud ad-Dawla terhadap seratus orang dokter calon tenaga medis di Al-‘Adhudi Bimaristan (rumah sakit). Yang lulus akhirnya 24 dokter saja.

Lokasi rumah sakit harus yang terbaik untuk kesehatan, seperti di atas bukit, atau di pinggir sungai. Bimaristan al-‘Adhudi (rumah sakit umum), misalnya, didirikan Adhud ad-Dawla pada tahun 371H/981 M, di pinggir Sungai. Air sungai mengalir melalui halaman gedung rumah sakit yang dikelilingi tembok dan ruangan-ruangan yang luas dan kembali ke mengalir ke Tigris. Lokasi ini dipilih Khalifah Harun ar-Rasyid berdasarkan arahan ahli kedokteran ar-Razi.

Rumah Sakit Marakesh (Ibukota Maroko), didirikan pada masa al-Mansyur Ya’qub Ibn-Yusuf, tahun 1190 M, merupakan rumah sakit yang cantik sekali, dengan tata taman yang sangat indah, dilengkapi aneka pohon buah-buahan, aneka bunga-bungaan, tiga telaga buatan dengan air yang mengalir ke semua terowongan.

Bangunan rumah sakit pasien wanita terpisah dari bangunan rumah sakit pasien pria. Masing-masing bangunan mempunyai ruangan-ruangan yang luas untuk pasien. Dokter perempuan bekerja di bagian rumah sakit pasien perempuan. Dokter pria bekerja di bagian rumah sakit pasien pria.

Ada ruangan perawatan khusus untuk anak-anak dan bayi, ruangan untuk pemeriksaan kandungan dan melahirkan. Ruangan juga dibagi berdasarkan jenis penyakit, seperti penyakit dalam, trauma dan fraktur dan penyakit menular. Pada masing-masing bagian bertugas seorang atau lebih dokter dan masing-masing tim dokter ini diketuai seorang dokter kepala. Semua dokter di rumah sakit dikepalai seorang dokter yang disebut “Al-Saur”. Para dokter ini ditugaskan secara bergiliran, pagi dan malam hari, agar mempunyai waktu istirahat yang cukup.

Semua ruangan dilengkapi dengan peralatan kedokteran dan peralatan yang dibutuhkan dokter. Rumah sakit juga dilengkapi perpustakaan yang menyediakan buku-buku kedokteran, seperti farmakologi, anatomi, fisiologi, hukum kedokteran dan berbagai ilmu lain yang terkait dengan kedokteran. Contoh rumah perpustakaan terbesar adalah perpustakaan Rumah Sakit Ibnu Tulun di Kairo, yang mengkoleksi 100.000 buku. Rumah sakit itu dilengkapi pula dengan laboratorium dan apotik yang memberikan obat berdasarkan resep dokter. Terdapat pula dapur dan berbagai ruangan lain yang dibutuhkan untuk pelayanan yang optimal. Sejumlah karyawan rumah sakit bekerja sebagai pekerja kesehatan, asisten atau dresser, servents, cleaning cervice, pembantu pasien.

Masing-masing pasien memiliki kartu rekam medik, yang berisi catatan observasi dokter, tindakan yang dilakukan dokter. Jika dokter mengalami masalah, seperti untuk penegakkan diagnosis, dia harus berkonsultasi dengan kepala bagian atau dokter kepala. Para dokter mengadakan pertemuan sesering mungkin untuk mendiskusi kasus-kasus yang dihadapi. Tidak diragukan lagi, forum ini seperti mini konfrensi ilmiah kedokteran yang dilakukan saat ini.

Sebagai rumah sakit yang berfungsi pula sebagai tempat pendidikan kedokteran, di rumah sakit-rumah sakit terdapat sejumlah dokter spesialis dan profesor yang biasa di pagi hari memeriksa kasus, bersama dengan para mahasiswa kedokteran tingkat awal. Para dokter spesialis dan profesor ini mengajar para mahasiswa, melakukan pencatatan dan membuat resep, ketika telah terbiasa mengobservasi dan belajar. Kemudian profesor tersebut biasanya menuju aula besar, di sekelilinginya duduk para mahasiswa kedokteran, ia membacakan isi buku kedokteran dan menjelaskannya, serta menjawab pertanyaan para mahasiswa. Biasanya dilakukan tes di akhir perkualiahan. Mahasiswa diberi izin untuk bekerja pada bagian spesialis mereka. Hal ini, selain bagian dari proses pendidikan, juga pencegah para mahasiswa menjadikan pasien sebagai kelinci percobaan.

Kembali pada fungsi rumah sakit sebagai tempat layanan kesehatan, kontrol terhadap mutu pelayanan dilakukan secara ketat. Tim ahli yang diangkat Khalifah yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan layanan rumah sakit. Tim ini mengevaluasi, antara lain, isi catatan rekam medik pasien, pelayanan yang diperoleh pasien, makanan yang diberikan kepada pasien, apakah para dokter melaksanakan tugasnya secara sempurna. Dengan begitu rumah sakit selalu dalam kompetensi yang tinggi secara teknis, scientifically danadministratively.

Demikianlah sebagian permata indah yang tersimpan dalam catatan sejarah peradaban emas Khilafah di bidang kesehatan, yang tak tertandingi oleh peradapan manapun. Sungguh, dunia sangat merindukan kembali hadirnya keindahan permata itu di tengah-tengah kehidupan yang nyata. Allahu a’lam. []


Daftar Rujukan

Al-Maliki. Politik Ekonomi Islam. Al-Izzah. Bogor. 2008?

Deuraseh, N. The Book of Medicine (Kitab ath-Thibb) of Sahihal-Bukhari Prevention of Illness and Preservation of Health Perspectives. Part Two.Journal of the Bahrain Medical Society. Vol 20. No 2. April 2008.

Rini, Susrini, R., Waraharini, P. Sehat Seutuhnya Untuk Semua. ForMi-t. Jakarta. 2008.

Al-Ghazal, S. Medical Ethics in Islamic History at a Glance. JISHIM, 3. 2004.

Yamani, J. K. Kedokteran Islam dari Masa ke Masa. Dzikra. Bandung. 2002….

Al Badri, A. A. Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam. GIP. 1990

Al-Ghazali, Sharif Kaf. “The Origin of Bimaristans (hospitals) in Islamic Medical History,”http://www.islamicmedicine.or/bimaristan.htm.

Ragheb, E. “Hospital in Islamic Civilization,” http://en.islamstory.com/hospital-in-islamic-civilization.html.

Al-Faruqi, I dan Al-Faruqi, L. Atlas Budaya: Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang. Mizan. Bandung. 1998.

Ibn Abi Usaibi’ah, Uyun al-Anba, PP. 415 dalam Al-Ghazali, Sharif Kaf. “The Origin of bimaristans (hospitals) in Islamic medical history,”http://www.islamicmedicine.or/bimaristan.htm.



* copied from AL-WA'IE edisi JUNI 2011

Rabu, Januari 22, 2014

Pelegalan Miras, Pemerintah Undang Azab Allah


berbagai miras dijual di mini market

Setelah naiknya harga elpiji 12 kg, pemerintah kembali membuat aturan yang tidak pro-rakyat, yaitu pelegalisasian miras. Presiden menandatangani Perpres No. 74/2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Dengan peraturan itulah minuman beralkohol (mihol) boleh kembali beredar sebagai barang yang terkategori dalam pengawasan. Dalam Pasal 3 ayat 3: “Pengawasan sebagaimana dimaksud meliputi pengawasan terhadap pengadaan minuman beralkohol dari produksi dalam negeri atau asal impor serta peredaran dan penjualannya.” Ini berarti meskipun mihol diawasi peredaran dan penjualannya, tetapi masyarakat akan mudah menemukan mihol di mana saja. Pasalnya, tanpa Perpres ini pun, masyarakat masih bisa menemukan mihol dimana saja. 

Perpres itu menggolongkan mihol dalam tiga golongan, yaitu golongan A (kadar etanol sampai dengan 5%), golongan B (5-20%),  dan golongan C (20-55%).  Menurut Perpres ini, mihol hanya boleh diproduksi oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin usaha industri Menteri Perindustrian. Peredaran mihol juga hanya dapat diedarkan jika telah mengantongi izin dari Kepala BPOM Kemenkes. Sedangkan yang dapat memperdagangkan mihol ini adalah pelaku usaha yang sudah memiliki izin untuk memperdagangkan mihol dari Menteri Perdagangan. 

Untuk tempat penjualan mihol sendiri, untuk mihol golongan A, B, dan C hanya dapat dijual di hotel, bar, dan restoran yang memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan parawisata, toko bebas bea, dan tempat-tempat yang ditentukan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk DKI Jakarta. Selain itu,  mihol golongan A juga ternyata dapat dijual di toko pengecer dalam bentuk kemasan.  Jadi, secara umum, perpres ini telah melegalkan mihol (khamr). 

Adanya perda-perda syariah anti miras di sejumlah wilayah Indonesia tentunya akan bertubrukan dengan perpres ini, artinya perda syariah anti miras akan diatur ulang agar sesuai dengan perpres. Presiden sendiri mengklaim bahwa adanya perpres ini adalah untuk melindungi masyarakat, karena banyaknya korban akibat miras oplosan. Namun, yang justru terjadi dengan adanya perpres ini malah akan membuka pintu kerusakan. Masyarakat pun semakin resah, karena kerusakan sudah terlalu banyak terjadi dimana-mana akibat adanya miras, apalagi mihol yang sudah dilegalkan ini. 

Tentu Muslim sangat mengetahui bagaimana hukum khamr di mata Allah. Hukum mihol (khamr) adalah haram. Nabi Saw memperingatkan: “Khamr itu adalah induk keburukan dan siapa meminumnya, Allah tidak menerima sholatnya 40 hari. Jika ia mati dan khamr itu ada di dalam perutnya maka ia mati dengan kematian jahiliyah.” (HR ath-Thabrani, ad-Daraquthni, al-Qadha’iy) 

Islam dengan jelas telah mengharamkan  khamr. Selain itu, terkait khamr ada sepuluh pihak yang dilaknat. Dari Anas bin Malik bahwa Rasul saw bersabda: “Rasulullah saw melaknat dalam hal khamr sepuluh pihak: yang memerasnya, yang diperaskan, yang meminumnya, yang membawanya, yang dibawakan, yang menuangkan, yang menjualnya, yang memakan harganya, yang membeli dan yang dibelikan.” (HR at-Tirmidzi dan Ibn Majah)

Hadits ini mengindikasikan bahwa seluruh pihak yang terlibat dengan khamr akan mendapat laknat dari Allah swt. Termasuk pun dengan pemerintah yang telah melegalkan khamr ini, padahal penduduknya bermayoritaskan Muslim. Perpres ini sangat menentang hukum Allah, bahkan mengundang azab Allah karena kemaksiatan telah nyata tersebar. Masyarakat pun semakin risau, karena kemaksiyatan semakin merajalela.Oleh karenanya, dibutuhkan kebijakan atas penerapan hukum Islam dalam Khilafah Islamiyah, sehingga peraturan semacam ini dihilangkan, bahkan sanksi terhadap pelaku yang berhubungan dengan khamr dihukumi secara tegas. Wallahu’alam bisshawab

Dimuat di http://www.suara-islam.com/read/index/9684/Pelegalan-Miras--Pemerintah-Undang-Azab-Allah

Minggu, Juni 23, 2013

BACA: Investasi Terbaik Bagi Pengemban Dakwah

Oleh: Felix Siauw 
Dalam hidup saya, saya banyak sekali bertemu dengan orang-orang yang hebat atau super hebat. Beberapa orang menginspirasi saya dengan caranya sendiri-sendiri. Terkadang orang-orang semacam ini membuat saya berfikir: “Bagaimana mereka bisa menjadi seperti ini?”. Akhirnya setelah melihat kesamaan pada mereka semuanya saya bisa menyimpulkan satu hal yang sederhana: “Mereka sama-sama punya perpustakaan pribadi”.
Membaca adalah suatu aktivitas yang istimewa, bahkan Allah swt telah menegaskannya dalam ayat pertama yang dia turunkan dalam al-Qur’an. Dan Allah menurunkan ayat pertama ini dalam bentuk perintah, Iqra’ – Bacalah!. Ini menandakan bahwa Allah betul-betul mewajibkan kaum muslim untuk “membaca” yang pada akhirnya akan membuatnya mendapatkan Allah swt sebagai Tuhannya dan Islam sebagai agamanya.
Ada suatu ungkapan yang menyatakan “Membaca adalah kunci keberhasilan di sekolah (Reading is the key to success in school). Ungkapan ini dibahas secara menarik dalam buku “The World Book student Handbook”. Dalam bab “Why is Reading Important” dibahas tentang sekelompok guru di Amerika Serikat yang mengadakan penyelidikan tentang murid sekolah dan problema belajar. Salah satu kesimpulan mereka yang menarik adalah:
bahwa seorang murid yang tidak berhasil dalam suatu bidang tertentu umpamanya matematika, masih bisa berhasil dalam bidang studinya yang lain. Tetapi seorang murid yang malas membaca hampir selalu tidak berhasil dalam semua bidang studinya.
Kita memang tak perlu lagi diingatkan dengan hal yang seperti ini karena al-Qur’an sebenarnya telah mendorong ummatnya secara luar biasa untuk membaca. Tapi sayangnya, tidak semua orang khususnya muslim yang benar-benar sadar pentingnya aktivitas membaca ini. Dan seringkali mengesampingkan aktivitas ini. Data BPS (2006) memberikan kita informasi bahwa orang Indonesia lebih suka menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).

Berdasarkan hasil survei Unesco, minat baca masyarakat Indonesia paling rendah di Asean. Sementara, menurut survei yang dilakukan terhadap 39 negara di dunia, Indonesia menempati posisi ke-38. Belum lagi fakta bahwa surat kabar di i Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang mengonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan di Sri Lanka angkanya 1:38. Bahkan meminjam buku di perpustakaan pun hanya dilakukan oleh 10-20% rakyat Indonesia.
Pahit memang, menyaksikan Indonesia yang sebagian besar adalah muslim, tetapi ternyata masih sangat jauh minat bacanya, padahal al-Qur’an telah memberikan indikasi yang sangat jelas bahwa Allah memberikan pengetahuan kepada manusia melalui perantaraan kalam.
Teringat masa kecil sebelum saya meninggalkan kejahiliyahan, buku adalah teman dekat saya. Kamar saya tak ubahnya seperti rental komik, dan 90% uang jajan saya habis untuk membeli buku komik. Ketika SMP-SMA, saya mulai membaca novel dan buku-buku semacam Sherlock Holmes, Lupus, ataupun novel tulisan Enid Blyton, R.L. Stine dan semua novel fiksi. Ketika menjadi seorang muslim, saya sangat memahami bahwa saya tidak seperti yang lain, saya tidak memilki pengetahuan dasar dalam Islam sebagaimana yang lain. Maka strategi saya adalah: “Lebih baik nggak makan daripada gak punya buku”.
Walhasil, ketika mahasiswa saya memiliki perpustakaan pribadi kecil-kecilan. Walaupun sebagian buku saya tidak pernah saya baca hingga tuntas. Betul, memiliki buku yang banyak tidak menjamin kita membacanya hingga tuntas, tetapi setidaknya kita telah menjadikan kesempatan besar bagi diri kita sendiri untuk membaca. Logikanya, jika ada buku saja susah membaca apalagi nggak ada.
Sama faktanya yang saya temukan ketika saya berdakwah lewat dunia maya. 80% pertanyaan yang ditanyakan lewat inbox message atau mail saya diakibatkan oleh orang yang bertanya tidak mau dan malas membaca!. Padahal jawabannya sudah sangat jelas sekali jika mereka mau membaca. Tetapi kebanyakan dari kita memang malas membaca, karena budaya makan mi instan, maka pengetahuan pun ingin instan.
Tidak semua orang yang membaca buku akan menjadi besar, tetapi semua orang besar rajin membaca buku. Setiap orang-orang yang istimewa dalam hidup say apasti memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya. Dan Islam tahu betul fungsi perpustakaan ini seperti apa. Pada tahun 830, Khalifah Harun ar-Rasyid mendirikan Baitul Hikmah, perpustakaan Baghdad yang berisi lebih dari 1.000.000 literatur.

Ja’far bin Muhammad (940 M) mendirikan perpustakaan di Mosul yang sering di kunjungi para ulama baik untuk membaca atau menyalin. Pengunjung perpustakaan mendapat segala alat yang diperlukan (pena, tinta, kertas dll) secara gratis. Bahkan Seperti yang dikatakan oleh Al Hakim Al Mustansir bahwa tentara Mongol menghancurkan Baghdad, jutaan buku dibuang ke sungai Tigris yang membentuk semacam “jembatan mengapung”. Inilah perhatian Islam terhadap perpustakaan dan buku.

Sepertinya tidak salah apabila leluhur kita mengatakan: “membaca adalah kunci ilmu, sedangkan gudang ilmu adalah buku”. Dan Dr. Mustafa Ashi Bai’ menasihati kita dengan kata-katanya :
. . . Ziarahlah ke perpustakaan sehari sekali, supaya engkau tahu karunia akal yang Allah berikan kepadamu . . .
Cobalah tumbuhkan minat baca kita, karena membaca adalah aktivitas yang harus ada pada seorang hamilud dakwah. Kebiasaan membaca tidak akan kita peroleh apabila minat membaca kita masih rendah. Dan minat tidak akan dapat ditumbuhkan kecuali dengan rangsangan. Yaitu adanya buku di rumah. Membeli buku tidak akan merugi, karena itu adalah investasi terbaik. Cobalah rutin membaca setelah shubuh 30 – 60 menit dan rasakan bedanya setelah satu bulan.


Felix Siauw adalah Islamic Inspirator
source :http://www.spirithaji.com/inspirasi/3021-baca-investasi-terbaik-pengemban-dakwah.html 

Yup, membaca adalah salah satu kunci sukses bagi para pengemban dakwah. Bisa dibayangkan apa jadinya ketika para pengemban dakwah tidak suka bahkan tidak pernah membaca, apa yang akan ia sampaikan kepada umat yang membutuhkan bimbingannya?
Selalu ada hikmah atau pelajaran dari setiap apa yang kita baca. Semakin banyak kita membaca, semakin kaya ilmu pengetahuan kita, semakin handal kita untuk menyampaikan dakwah.
Ayo, membaca dan belajar untuk investasi buku dari sekarang! :D



Kamis, Februari 14, 2013

The Power of True Love

"Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” 
(HR. Bukhari dan Muslim)


Ada peribahasa "banyak jalan menuju Roma". Peribahasa ini mengandung arti bahwa begitu banyak cara untuk meraih impian dan harapan. Begitu pula bagi kita seorang Muslim, "banyak pintu menuju surga"! Ya, begitu banyak cara yang dapat dilakukan oleh para Muslim untuk mendapatkan tiket ke surga. Tapi tentunya tidak mudah. Butuh perjuangan dan pengorbanan. Perbuatan apa saja itu? Tentu saja harus sesuai dengan apa yang telah diperintahkan dan jauh dari larangan Allah swt. Selain itu, untuk mendapatkan tiket surga tidak cukup hanya sebatas ibadah wajib saja! Kita perlu menambah tabungan amal kita melalui amalan sunah yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Hanya saja, apa-apa yang kita lakukan haruslah berasal dari kesadaran diri kita sendiri serta niat yang lurus karena Allah saja, dan hal itulah yang pada akhirnya akan mengundang datangnya ridho dari Allah swt. Akan tetapi kadang-kadang, kesadaran atau niat yang lurus itu tidak datang ketika kita tidak mencintai Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba, sudah seharusnya kita menaruh cinta kita pada Sang Pemilik Cinta, yaitu Allah swt.

Kekuatan cinta tunggal atau Mahabatullah itu merupakan kekuatan cinta tertinggi di antara kekuatan cinta lainnya. Tentu saja! Kita mencintai bukan pada sembarang orang, tapi kepada Sang Pencipta cinta itu sendiri. Ada satu hadits so sweet yang baru saja kutemukan hari ini ketika mengikuti kajian 'Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islam'. Disebutkan bahwa jika seorang hamba telah melaksanakan apa yang diwajibkan Allah kepadanya, lalu diikuti dengan melaksanakan ibadah yang disunahkan, dan bertaqarub kepada Allah dengan perkara yang disunahkan, maka Allah akan mendekat kepadanya dan akan mencintainya. Dalam hadits dari Abu Umamah riwayat ath-Thabrani di dalam Al-Kabir, disebutkan:

"Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan mencintainya. Maka (jika Aku telah mencintainya), Aku akan menjadi hatinya yang ia berpikir dengannya; Aku akan menjadi lisannya yang ia berbicara dengannya; dan Aku akan menjadi matanya yang ia melihat dengannya. Jika ia berdoa kepada-Ku, maka pasti Aku akan mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberinya. Jika ia meminta pertolongan kepada-Ku, maka Aku pasti akan menolongnya. Ibadah hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah memberikan nasihat".

Subhanallah... I'm already speechless! :')
Begitulah kekuatan cinta dari Sang Pemilik Cinta, begitu kuat dan besar! Kita mungkin dapat membandingkan dengan diri manusia yang telah dianugerahi oleh Allah dengan gharizah nau atau naluri berkasih sayang, yaitu ketika kita mencintai seseorang, kita bisa memberikan apapun yang mereka inginkan, agar orang-orang yang kita cintai semakin cinta kepada kita. Itu baru sebatas cinta sesama manusia. Bagaimana dengan kekuatan cinta dari Allah. Ketika kita selalu melaksanakan apa yang  telah diperintahkan-Nya, kemudian kita semakin dekat dengan-Nya, tentu saja Allah akan semakin mencintai kita karena perjuangan cinta kita untuk-Nya. Dan Allah tidak akan melepaskan begitu saja para hambaNya yang besar cintanya untuk Allah. Bahkan ada pula hadits di bawah ini:

'Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Apabila Allah mencintai hamba, maka Jibril memanggil :
"Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia"
. Maka Jibril mencintainya. Lalu Jibril memanggil penghuni langit : "Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia". Maka penghuni langit mencintainya, kemudian di bumi ia menjadi orang yang diterima".'
(HR. Bukhari, Muslim, Imam Malik, dan Turmudzi) 

I'm speechless again :')
Tak bisa dibayangkan oleh logika manusia yang sangat terbatas dan lemah, Allah swt. akan menyuruh seluruh penghuni langit dan bumi untuk mencintai hamba yang Ia cintai, dan pasti seluruh penghuni langit dan bumi itu akan senantiasa mendoakan kebaikan hamba yang Allah cintai itu. Tentu saja, jumlah penghuni langit dan bumi tidak dapat kita hitung, karena jumlah mereka sangat banyak sekali.

Itulah keagungan dari Sang Pemilik Cinta Sejati. Sebagai seorang Muslim tentunya kita tidak ingin melewatkan berkah cinta dari Sang Pencipta, bukan?! Oleh karena itu, mari kita berlomba-lomba mendapatkan cinta sejati dari-Nya. Ya, itulah cinta sejati sepanjang masa yang tak akan pernah berakhir. Tidak seperti kebanyakan bualan atau gombalan para pejuang cinta dunia.

So, what are we gonna wait for? Let's be the love chaser, I mean, let's be His love chaser! Ready?! ;)

Senin, Februari 11, 2013

A Door to Afterlife

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ
"Every soul will taste death..." (Ali-Imran, 3:185)



There are so many verses in the Quran and Hadith which describe about death. Why? As the verse tell above that 'every soul will taste death', it means that everyone who lives in this world will be dead someday, sooner or later and unpredictable, nobody knows! Rasulullah saw. (PBUH) had told that the most intelligent person is the one who always remember about death and the one who has best prepared to face it (HR.Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy).

Death will come to every person so unpredictable, that's why we should prepare all the best to face it. Of course, we don't want to face it without bring anything, right? Death is just like a door which we open to enter a new world out there. If we do not bring anything to make us keep 'alive' and safe there, so what will happen to us? We'll be suffered! Whereas, the world we'll enter is longer even everlasting for our ages. That's why Rasulullah saw. kept telling us to remind this thing which some people forget that they might feel to live in this world forever. This world is only a halfway house, we will leave it sooner or later and come to the place where we belong to.

Death is a silent advice to make people think and even change. The more we remember it, the more also we're closer to Allah, that is what should happen actually. Death is also a breaker all pleasures in the world. We are surrounded by it, wherever we are, we can't avoid it! Even we're hiding in the most secret place, death will find us. That should be remembered!

We should learn from death that we couldn't stay in this world forever. Yup...just remember, our death train will come after us into somewhere new, where the afterlife begins. Just wait, hehe :)

Don't forget to prepare our long journey! Bring all the things you need, and it's all our good deeds in Allah's way! Straight our journey purpose into His heaven, and don't go somewhere else! I hope we all will get the tickets soon, aamiin~!

Good luck and farewell....!
HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy.

Kamis, Januari 31, 2013

Suriah dan Masa Depan Kaum Muslim

Suriah kini menjadi pusat perhatian seluruh dunia. Bagaimana tidak? Konflik dan perang saudara terjadi di sana semenjak tahun 2011 lalu. Sebenarnya tak hanya perang saudara, Revolusi Suriah adalah pertarungan ideologi, tiga ideologi besar dunia berkecamuk di dalamnya yaitu Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam. Oleh karena itu, semua pihak berusaha menyetir arah revolusi ini, akan kemana akhirnya?

Berikut ini adalah analisis singkat dari saya mengenai berbagai fakta yang terjadi di Suriah dan prediksi mengenai akhir dari revolusi murni di Suriah ini.





Kondisi Suriah saat ini masih terus diguncang oleh revolusinya. Pihak pemerintah Suriah diperkirakan akan jatuh beberapa saat lagi. Bashar Al Assad cepat atau lambat akan jatuh dari kursi kediktatorannya selama ini. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan masyarakat dunia saat ini adalah siapakah yang akan menggantikan pemerintah Suriah yang akan jatuh? Tentunya, revolusi Suriah tidak pernah akan lepas dari mata Amerika yang bertindak sebagai polisi dunia. Amerika sudah pasti akan turut campur dalam melakukan ‘pembebasan’ terhadap Suriah. Tak ayal, melalui  inisiatif PM Turki Erdogan seperti yang dikutip berbagai media pada 17 dan 18 Desember 2012 lalu, Amerika dan sekutunya telah menyiapkan suasana-suasana untuk inisiatif Erdogan ini. Erdogan menyebutkan bahwa “Bashar turun dari kekuasaan pada tiga bulan pertama tahun 2013 dan kekuasaan pada masa transisi diserahkan kepada Komisi Nasional”. Pernyataan itu pun diperkuat dengan dukungan wakil Presiden Suriah, al-Shara pada tanggal 15 Desember 2012 yang lalu. Selain itu, Rusia, yang terkenal dengan dukungan paling tinggi terhadap pemerintahan Bashar al Asshad, pun menganggap inisiatif Erdogan itu inovatif dan tidak menolaknya. Tugas Amerika dan aliansinya pada saat ini adalah tentu saja menyiapkan koalisi pada masa transisi untuk tetap mencengkram Suriah dengan politik demokrasinya, seperti yang terjadi pada Mesir dan Tunisia. Hal ini tentunya tidak akan membawa perubahan pada kondisi rakyat Suriah, justru yang terjadi adalah penjajahan-penjajahan ala pemerintah buatan Barat akan terus menghantui rakyat Suriah.
            Revolusi Suriah berbeda dengan tiga Negara Timur Tengah lainnya, karena jelas rakyat Suriah menginginkan sebuah pemerintahan baru disana, pemerintahan yang berdasarkan hukum-hukum Allah, bukan pemerintahan demokrasi ala Barat. Para Mujahidin, kebanyakan orang menyebut mereka pemberontak, telah menolak semua tawaran dari Barat untuk berdamai dengan pemerintah Suriah. Bahkan mereka pun menolak dengan mentah-mentah bantuan yang akan diberikan oleh Amerika dan para boneka pengikutnya. Inilah keteguhan para mujahidin Suriah terhadap perintah Allah. Dalam nyanyi-nyanyian mereka disebutkan mereka tidak takut kecuali pada Allah saja. Hal inilah yang sekarang menjadi ketakutan Amerika dan aliansinya yaitu akan kembalinya pemerintahan Islam di dunia.
            Untuk mencegah tegaknya Islam di Suriah, Amerika mencari upaya agar pasukannya dapat didaratkan di sana dengan cara apapun. Misalnya, isu penyalahgunaan senjata kimia yang dipakai oleh tentara Bashar al Assad dikhawatirkan akan jatuh ke tangan para pemberontak (Mujahiddin) dan dipakai untuk menyerang balik tentara-tentara dan warga Suriah. Untuk menanggapi isu tersebut, Amerika mengancam akan mengirimkan pasukannya disana untuk berjaga-jaga jika saja hal tersebut akan  terjadi. Tentu saja, dengan upaya ini pasukan Amerika bisa dapat dengan mudah untuk bertindak di sana. Selain itu, ada pula rencana dari Turki dan juga Amerika akan bersama-sama menjaga wilayah perbatasan antara Turki dan Suriah. Dengan alasan menghadapi ancaman Suriah, Turki, sebagai anggota NATO, meminta NATO untuk mengirimkan pasukannya ke wilayah perbatasan Suriah. Menhan AS Leon Panetta (14/12/12) pun diminta untuk menandatangani perintah mengirimkan dua baterai rudal Patriot ke Turki bersama 400 pasukan tentara AS untuk mengoperasikannya. Hal ini patut dicurigai karena Amerika berupaya menyingkirkan kelompok mujahidin Suriah yang sudah dilistnya sebagai organisasi teroris internasional. Jabhat An-Nushrah, kelompok Mujahiddin yang diakui paling kuat serangannya terhadap tentara-tentara Bashar Al-Assad muncul sebagai ancaman terbesar bagi Amerika. Sementara itu, Rusia, sebagai pihak yang paling pro terhadap pemerintahan Suriah, sedang mengerahkan lima kapal perangnya yang berisi ratusan pasukan. Alasan yang Rusia gunakan adalah untuk mencegah pasukan Barat melakukan intervensi di daerah konflik tersebut. Dalam Sunday Times dari para diplomat Rusia juga disebutkan bahwa kapal-kapal yang dikirimkan ke Suriah tersebut adalah untuk mengevakuasi ribuan warga Rusia yang masih berada di sana. Wajar jika Amerika dan para sekutunya sangat takut jika kekuatan baru Islam di dunia akan muncul di Suriah. Hal ini tentunya merupakan ancaman terbesar bagi mereka karena jika kekuatan Islam muncul, maka Barat akan sangat sulit untuk mencengkram Negara-negara Muslim di dunia melalui ideologi kapitalisnya seperti sekarang.
            Akhir dari revolusi Suriah hanya tinggal menunggu waktu saja. Tanda-tanda kejatuhan Assad sudah di depan mata, hal itu pun diakui oleh Barat. Hanya saja, kekuatan manakah yang akan muncul sebagai pemenang? Apakah para Mujahiddin Suriah yang didukung oleh rakyat Suriah akan muncul sebagai pemenang? Ataukan Barat kembali lagi akan ‘mengaborsi’ revolusi negeri itu seperti yang dilakukannya terhadap Mesir, Tunisia, dan Libya? Padahal jelas-jelas perubahan yang terjadi di negeri-negeri Muslim yang mengalami Arab Spring seperti tiga negara tersebut tidaklah hakiki, demokrasi masih mengukung mereka. Buktinya, kondisi Mesir dan Tunisia masih dalam keadaan yang rumit pasca jatuhnya para diktator negara tersebut. Revolusi Suriah sangat diharapkan akan dapat membangkitkan kembali kondisi kaum Muslim, yang pada faktanya saat ini sedang terpuruk, di seluruh dunia. Kemenangan Suriah oleh rakyat dan Mujahiddin adalah kemenangan bagi seluruh Muslim dan dunia, karena disanalah pada akhirnya Islam akan menjadi sistem yang rahmatan lil ‘alamin, menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

Wallahu'alam bisshawab