Selasa, Mei 27, 2014

Belajar Bikin FF (Flash Fiction)

Saya baru tahu istilah Flash Fiction ini beberapa bulan yang lalu, hehe kalau tidak salah setelah mem-follow akun @nulisbuku. Biasanya @nulisbuku suka ngasih tantangan gitu buat followernya yang mau latihan jadi penulis handal yaitu dengan bikin perlombaan bikin #FF2in1 apa itu? Kalo gak salah ya, bikin dua buah Flash Fiction dalam satu jam saja, dengan tema yang mendadak diberi tahu. Saya sendiri belum pernah ikut tantangan ini, tapi kayanya asik banget deh! Sepertinya harus coba sekali-kali. Hihi :D

Nah emangnya bisa bikin dua buah cerita dalam satu jam? Bisa aja kali, toh ini kan cuma Flash Fiction, alias cerita fiksi yang singkat banget. Kalo kata om Wiki sih, Flash fiction adalah karya fiksi yang sangat singkat, bahkan lebih ringkas daripada cerita pendek. Walaupun tidak ada ukuran jelas tentang berapa ukuran maksimal sebuah flash fiction, umumnya karya ini lebih pendek dari 1000 atau 2000 kata. Rata-rata flash fictionmemiliki antara 250 dan 1000 kata. (Sebagai perbandingan, ukuran cerita pendek berkisar antara 2.000 dan 20.000 kata. Rata-rata panjangnya antara 3.000 dan 10.000 kata.)(http://id.wikipedia.org/wiki/Flash_fiction)

Saya sendiri belum pernah coba bikin flash fiction, padahal ide cerita selalu banyak ngumpul di otak. Hanya saja, saya selalu memikirkan konsep ide cerita yang rumit dan panjang, jadi rasanya kurang cocok kalau dibuat versi flash fiction. Yaiyalah, pasti beda banget. Yang jelas, cerita flash fiction ini langsung nonjok sama temanya, seolah-olah langsung masuk klimaks. Mungkin saya sendiri juga belum terlalu ngerti idealisnya flash fiction itu kaya gimana, yang jelas saya pun ingin coba buat beberapa. Pasti seru!

Yuk coba bikin flash fiction ;)

7 Tips Menulis Novel

Langkah awal sebelum memulai menulis adalah:

1. Tentukan tujuanmu, apakah kamu akan menulis sebuah cerpen, cerbung, flash fiction ataukah novel. Tentukan juga genre nya. Ada banyak genre yang dapat kamu pilih, bisa roman, misteri, fantasi, horor, dan masih banyak genre lainnya. Tulisanmu harus mampu meyakinkan pembaca. Caranya? Gambarkan latar belakang dengan baik dan tepat. Misalnya, bukan dengan menceritakan “Dia adalah orang yang jorok, ” tetapi dengan menggambarkan keadaan, misal: “Hal pertama yang menarik perhatianku adalah setumpuk sampah di pojok kamarnya”

2. Buatlah karakter yang “kuat” dan “nyata”. Gak sulit kok mendapatkan karakter: lihat saja orang-orang disekitarmu dan jadikanlah mereka karakter fiksimu.
   
3. Kenali juga karakter kalian, boleh kok kalian buat biodata masing-masing karakter. Misalnya, tokoh utama kalian adalah Rama. Buat biodatanya dari nama lengkap, tanggal lahir, hobinya, sifat-sifatnya, dll. Sehingga, dapat mempermudah kalian saat pengembangan ide cerita kalian nantinya. Bedakan antara karakter dewasa, remaja dan anak-anak. Masing-masing usia memiliki karakter alami yang tak bisa dihilangkan
   
4. Buat plot! Tentukan bagian-bagian penting dari fiksimu dari awal, klimaks hingga ending. Tanpa plot, fiksi kalian dapat mengalir entah kemana sehingga tak pernah mendapatkan ending nya. Cara membuat plot? Mudah. Gunakan saja mind map (peta pikiran). Bagian penting dari plot: pengenalan tokoh, pre-konflik, konflik, klimaks, post-konflik dan ending.
   
5. Klimaks. Merupakan bagian paling penting dari sebuah cerita. Klimaks cerita menentukan seberapa berhasilnya karyamu! Pada klimaks,kita membangun partisipasi pembaca,untuk mampu berimajinasi bahkan berkeinginan untuk menjadi sang tokoh utama.
   
6. Yang tak kalah penting: Sudut pandang “point of view”. Ada sudut pandang orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. Yang terpenting: Konsisten! Maksudnya konsisten adalah: gunakan satu sudut pandat dalam satu cerita, jangan bervariasi karena membuat pembaca bingung.
   
7. Jangan lupakan dialog antar tokoh dengan pas, kurang dialog akan membuat pembaca bosan. Sedangkan dialog yang berlebihan juga dapat membuat pembaca tidak memahami cerita kalian. Saat menulis dialog, perhatikan juga aksen bicara dan karakter si tokoh.

Oleh BYOTENEGA
*copied from http://bulan-narasi.com/2014/04/30/7-tips-menulis-novel/

Teknik Menulis Kisah Dramatis



Dalam buku ‘Meramu Kisah Dramatis’, William Noble memberikan banyak cara untuk meramu kisah dramatis dalam sebuah karya tulis fiksi. Ya, memang biasanya kita banyak menemukan kesulitan dalam membangun alur cerita, karakter, dan unsur-unsur lainnya. Nah, kali ini kita bakal rangkum buku William Noble itu, so check this out yow! ;)

Sebelumnya, konsep cerita memang seharusnya sudah matang di isi kepala kita, agar ketika kita menuliskannya tidak terlalu sulit untuk merangkainya. Meskipun kadang atau sering, kita menemukan hal-hal baru di tengah perjalanan menulis. Dan kita pun harus tau unsur-unsur pokok dalam cerita, makanya kata om Noble, kita harus membuat cerita se-dramatis mungkin, gimana caranya?

1. Perlunya Konfrontasi (Konflik)

Kita sebagai penulis, harus menyajikan sesuatu yang berbeda dari penulis lainnya. Meskipun kita tak pernah lepas dari pengaruh penulis lainnya. Sajikan sesuatu yang berbeda, yaitu insiden yang tidak biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang tidak terduga muncul dalam sebuah cerita akan menarik perhatian pembaca. Ini akan membuat ceritamu menarik dan tak terlupakan.

2. Tarik Emosi-Emosi Itu!

Apa maksudnya? Sajikan detail sebuah suasana, biarkan pembaca merasakan itu semua, sehingga seolah pembaca juga masuk ke dalam cerita itu. Melalui penggambaran suasana yang detail dan permainan kata-kata, pembaca akan terlibat langsung dalam petualangan cerita itu.

3. Meningkat! Meningkat!

Cerita layaknya seperti sebuah menaiki anak tangga, semakin tinggi dan tinggi lagi. Menciptakan ketegangan dalam sebuah cerita adalah membuat fokus pembaca semakin jelas dan perhatian pada cerita semakin kuat. Buatlah ketegangan itu meningkat melalui aksi-aksi yang tak biasa. Tingkatkan konflik hingga mencapai puncaknya, seperti kalian membawa sesuatu terbang ke langit kemudian menghempaskannya ke dasar bumi. Salah satu cara untuk meningkatkan konflik adalah dengan terus menambahkan ketidakpastian pada resolusi konflik. Dan jangan coba untuk menempatkan konflik di tahap awal cerita, karena kemungkinan cerita selanjutnya akan terasa basi. Biarkan pembaca tenggelam dalam rasa penasaran dan ketegangannya.

4. Memanfaatkan Kedekatan

Tidak ada tulisan apa pun yang dapat mengimbangi dampak dramatis dari kejadian atau situasi yang terjadi sekarang, saat ini, disini! Karena pada saat inilah kita hidup, jantung kita berdenyut. Manfaatkan kesempatan ini untuk membuat pembaca terlibat langsung dengan kisah dramatis yang kita buat, beginilah cara membangun kedekatan antara cerita dengan pembaca. Dampak dari kedekatan ini akan membawa dampak yang maksimal kepada pembaca dan membawa pembaca berhadapan langsung dengan drama pada tingkat yang tinggi. Dunia fiksi dan dunia nyata si pembaca akan menjadi satu dan sama.

Minggu, Mei 25, 2014

Wahai Indonesia, Bangkitlah dengan Islam


kulihat ibu pertiwi
sedang bersusah hati
air matamu berlinang
mas intanmu terkenang

hutan gunung sawah lautan
simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
merintih dan berdoa



            Senandung bait pertama lagu Ibu Pertiwi yang diperkirakan ditulis pada tahun 1950-an ini terus mengalun hingga kini. Bagaimana tidak, sang Ibu masih terus menangis dan merintih di tengah kekayaannya yang melimpah. Padahal katanya, sang Ibu telah merdeka hampir 69 tahun. Lalu mengapa sang Ibu masih terus menangis?

Indonesia Bangkit, Perlukah Nasionalisme?

            Bulan ini, masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei. Dalam sejarahnya, gerakan Boedi Oetomo dianggap sebagai gerakan pertama yang menjadi cikal bakal gerakan lainnya yang memunculkan kesadaran rakyat Indonesia atas penjajahan asing. Sehingga, lahirnya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei ini pun dijadikan sebagai hari untuk memperingati Kebangkitan Nasional.

            Sebagian orang menganggap bahwa lahirnya kebangkitan nasional haruslah diawali dengan sikap nasionalisme tinggi terhadap bangsa. Mereka menganggap bahwa kita adalah bangsa yang satu, yang tinggal di wilayah yang sama, diatur oleh undang-undang yang sama, memiliki sejarah dan cita-cita yang sama serta memiliki tugas yang sama yaitu mempertahankan kemerdakaan bangsa ini. Oleh karena itu kita perlu bersatu untuk bangkit dari keadaan yang terpuruk ini.

            Indonesia adalah Negara yang memiliki heterogenitas tinggi. Masyarakat dari berbagai suku bangsa, adat-istiadat, warna kulit, dan bahasa bercampur di dalam Negara ini. Maka dari itu, Indonesia memiliki semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang artinya meski berbeda-beda tetapi tetap satu. Dengan nasionalisme atau satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah Negara, maka Negara ini akan bisa bangkit. Itulah yang sering dikatakan para politisi atau orang-orang yang mengklaim memiliki rasa cinta terhadap tanah air. Sikap nasionalisme selalu dinilai paling relevan dan efektif untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. Banyak pula yang menganggap, bahwa dengan nasionalisme pada tahun 1945 Indonesia berhasil memplokamasikan diri sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Sehingga tak sedikit yang menilai bahwa dengan nasionalisme, Negara ini akan bangkit seperti era kemerdekaan dulu. Namun benarkah hal itu?

            Sebuah kebangkitan sejati sebenarnya bisa diperoleh ketika taraf berpikir suatu masyarakat itu meningkat, yaitu dengan diembannya sebuah ideologi yang menjadi arah pandang sekaligus cara berpikir suatu bangsa tersebut. Dari pemikiran sebuah ideologi inilah yang akan mengantarkan masyarakat untuk bangkit karena didasari atas kesadaran berpikirnya.  Nasionalisme sendiri bukanlah termasuk ke dalam ideologi. Nasionalisme menurut situs Wikipedia adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu: 1) Hasrat untuk mencapai kesatuan; 2) Hasrat untuk mencapai kemerdekaan; 3) Hasrat untuk mencapai keaslian ; 4) Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), nasionalisme memiliki pengertian:  (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi. Dapat kita simpulkan bahwa nasionalisme bukanlah sebuah ideologi yang memiliki ide dasar dan darinya lahirlah peraturan-peraturan. Nasionalisme hanyalah sebuah paham atau ikatan atau sikap untuk meninggikan bangsanya atau sering disebut juga dengan cinta terhadap tanah air.

            Ikatan nasionalisme merupakan ikatan yang bersifat temporal. Maksudnya adalah bahwa ikatan ini hanya muncul ketika ada sebuah ancaman. Jadi ikatan ini tidak akan membawa pada kebangkitan yang sejati, karena ikatan ini muncul sementara saja ketika Negara ini mendapat ancaman nyata saja. Sejatinya, kita lihat hari ini bahwa nasionalisme justru memecah belah kesatuan umat Muslim di dunia hanya karena sekat-sekat batas teritori Negara saja. Padahal ikatan yang sejati pada umat Muslim adalah ikatan aqidah. Jadi jelas, ikatan nasionalisme tidak akan membawa pada kebangkitan yang sebenarnya, yang ada justru sikap saling menyikut antar bangsa meski memiliki aqidah yang sama yaitu Islam.

Demokrasi pun Tak Akan Berikan Kebangkitan

            Tahun 2014 ini adalah tahun Pemilu bagi bangsa Indonesia. Masyarakat berharap penuh akan perubahan untuk negeri yang mereka tinggali ini. Pemilu legislatif telah berlangsung bulan lalu, hasilnya pun sudah bisa kita saksikan. Angka golput menjadi pemenang dalam pemilu dengan hasil raihan sebesar 24,89 persen, jauh mengalahkan raihan suara partai politik yang mendapatkan suara tertinggi. Meski secara keseluruhan raihan suara golput ini menurun dibandingkan pemilu tahun 2009 lalu, hal ini masih menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap parpol-parpol yang akan mengisi istana parlemen nantinya.

            Masyarakat sadar betul bahwa selama ini Indonesia telah mengalami pemilu dan pergantian kepemimpinan berkali-kali, tetapi sampai detik ini tidak ada perubahan nyata yang dapat dirasakan. Kemiskinan masih menjadi pemandangan umum, kriminalitas semakin meluas, tindak pidana korupsi semakin naik ke permukaan, UU semakin pro-asing, dan generasi muda semakin terancam akibat liberalisme. Pergantian orang-orang dalam parlemen tidak menghasilkan perbaikan yang nyata, justru keadaan yang semakin bobrok terus menggerus baik pada individu, masyarakat, maupun pemerintahnya sendiri.

            Sistem demokrasi yang merupakan induk dari kapitalisme selamanya tidak akan membuahkan perubahan dan kebangkitan yang sejati bagi bangsa ini. Yang ada hanyalah keterpurukan yang terus menjerat bangsa ini sedikit demi sedikit. Lihat saja, utang luar negeri Indonesia per Januari 2014 ini telah mencapai USD269,27 miliar atau Rp3.042,751 triliun jika mengacu kurs Rupiah sebesar Rp11.300 per USD (okezone.com, 19/03/14). Hal ini tentunya semakin mengokohkan cengkraman asing di Indonesia. Seluruh SDA di Indonesia telah beralih pengelolaannya kepada perusahaan-perusahaan asing. Asing semakin untung, sebaliknya bangsa ini menjadi buntung. Siapa lagi kalau bukan masyarakat yang paling merasakan dampak adanya kebijakan yang semakin liberal ini.

            Demokrasi tidak akan pernah memberikan kebangkitan pada bangsa ini. Sudah seharusnya bangsa ini mengganti sistemnya dengan sistem yang lebih solid dan terbukti bisa membawa perubahan besar dan nyata untuk dunia.

Bangkitlah dengan Islam

            Sudah dikatakan bahwa bangsa yang bangkit adalah bangsa yang tingkat berpikirnya tajam dan kesadarannya tinggi. Bangsa itu haruslah mengemban sebuah ideologi murni tanpa mencampuradukannya dengan yang lain. Islam adalah sebuah ideologi yang datang dari Sang Pencipta alam semesta ini. Islam adalah sebuah sistem alternatif untuk membawa bangsa ini pada kebangkitan yang sejati.

            Mengapa Islam? Rasulullah saw. sebagai satu-satunya suri tauladan bagi umat Islam telah membuktikannya. Sejarah telah mencatat bahwa Islam sebagai ideologi pernah diemban dalam sebuah institusi besar selama kepemimpinan Rasulullah saw. di Madinah, kemudian dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah sesudahnya hingga meluas hampir ke dua pertiga dunia. Islam telah menjadi tonggak peradaban paling besar dan unggul selama 13 abad dengan kebaikan-kebaikan semua aspek yang tersebar di atas wilayahnya. Dunia menyaksikan kejayaan Khilafah dengan penerapan aturan Islam secara sempurna. Dahulu jazirah Arab hanyalah wilayah kecil yang dipenuhi oleh masyarakat bodoh (jahiliyyah) sebelum Islam datang. Namun ketika Rasul menyebarkan risalah ini dan kemudian menerapkannya dalam sebuah Negara, jazirah Arab bisa menandingi dua imperium besar yang berkuasa saat itu yaitu Romawi dan Persia, bahkan mengunggulinya. Inilah kebangkitan dan perubahan yang sesungguhnya.

            Sejatinya, Indonesia pun akan bisa bangkit ketika menjadikan Islam sebagai sebuah ideologi dan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan tanpa harus memilah-milah. Karena hanya dengan Islam saja, bangsa ini akan bangkit dari keterpurukannya. Hanya dengan Khilafah saja, umat Muslim akan bangkit dari ketertindasannya. Ingatlah bahwa bumi ini milik Allah swt. Sudah seharusnya kita kembalikan dunia ini dengan penerapan aturan yang lahir dari Penciptanya saja. Oleh karena itu, saatnya bagi kita untuk memperjuangkan Islam sebagai aturan satu-satunya untuk menjadikan bangsa ini dan umat Muslim seluruhnya bangkit sesuai dengan apa yang Allah perintahkan.


Wahai ibu pertiwi, janganlah menangis
Mari ibu, bangkitlah dengan Islam
Karena hanya dengan cahaya Islam saja
Air matamu akan berhenti mengalir
Kesusahanmu akan sirna
Dan doamu segera terwujud
Mari melangkah wahai ibu,
Karena kembalinya Islam adalah janji-Nya

Wallahu’alam bisshawab


*tulisan ini dimuat di situs http://sosialnews.com/opini/wahai-indonesia-bangkitlah-dengan-islam.html 


Kamis, Mei 08, 2014

Watch Out! Darurat Kejahatan Seksual terhadap Anak!



Komisi Perlindungan Anak menetapkan tahun 2013 sebagai tahun darurat kekerasan seksual terhadap anak.  Pada 2012—2013 Komnas PA mencatat ada 3.023 kasus pelanggaran hak anak di Indonesia dan 58% atau 1.620 anak menjadi korban kejahatan seksual. Beberapa pihak bahkan memprediksi bahwa kejahatan seksual pada anak tahun 2014 ini meningkat. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Arist Merdeka Sirait memprediksi, pada tahun 2014, kasus kekerasan terhadap anak akan meningkat. Bahkan jumlah kasus diperkirakan bisa melonjak hingga 100 persen. Sekretaris Jenderal Komnas Anak Samsul Ridwan mengatakan, pihaknya mencatat tahun ini jumlah pengaduan kekerasan anak sebanyak 3.023 kasus. Angka ini meningkat 60 persen dibandingkan tahun lalu, yang hanya 1.383 kasus.  Dari jumlah tersebut, ia melanjutkan, 58 persennya atau 1.620 merupakan kasus kejahatan seksual terhadap anak. Jadi, jika dikalkulasi, setiap hari Komnas menerima pengaduan sekitar 275 kasus (tempo.co).
Data menunjukkan bahwa memang kasus ini akan semakin meningkat dan harus diwaspadai oleh setiap orang tua agar mengawasi setiap buah hatinya. Karena justru pelaku kriminal ini kebanyakan memiliki relasi dekat dengan korban.

Kasus yang menimpa beberapa anak di JIS mungkin hanya fenomena iceberg saja. Kasus yang sama yang tidak ter-blow up oleh media diperkirakan jumlahnya sangat besar. Kejahatan seksual pada anak sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Bahkan angka kejahatan ini diperkirakan akan semakin meningkat tiap tahunnya di tengah arus budaya yang serba bebas ini. Mungkinkah kasus kejahatan terhadap anak ini bisa dibendung?

Budaya Permisif, Liberalisme, dan Kapitalisme

Kasus kejahatan seksual terhadap anak terus meningkat. Tingkat persebaran kasus kejahatan ini hampir merata di setiap Negara. Hal ini karena liberalisme merebak dan menjangkiti setiap lapisan masyarakat. 'Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan secara umum (Coady, 1995). Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama (Sukarna, 1981). Liberalisme sekarang ini telah banyak dianut oleh setiap bangsa sebagai cita-cita tertinggi.

Sebenarnya liberalisme sendiri lahir dari nilai-nilai demokrasi Barat yang menghendaki kebebasan. Dalam salah satu pilar demokrasi, kebebasan berperilaku menjadi standar gaya hidup bagi penganut demokrasi, disadari atau tidak. Kebebasan inilah yang menjadi paradigma berpikir kebanyakan manusia yang tidak lagi menggenggam prinsip agama dalam kehidupannya. Indonesia, sebagai salah satu Negara dengan tingkat heterogenitas suku bangsa yang tinggi, pun menganut nilai kebebasan ini. Jadi, wajar jika banyak dari masyarakatnya memiliki kepribadian dan kelakuan yang bebas sesuai dengan prinsip liberalisme ala Barat.

Begitu pula dengan paradigma naluri seksualnya. Dalam konsep Barat, naluri seksual adalah kebutuhan jasmani yang harus segera dipenuhi. Hal ini tercermin dari hasil seni dan budaya yang mereka hasilkan. Lihat saja, hasil-hasil seni yang lebih banyak merangsang hawa nafsu seperti dengan menunjukkan keindahan tubuh, cerita-cerita dan lagu-lagu yang berbau romantisme, dan juga film-film yang mengundang hasrat seksual, yang dengan itu bisa mencapai kepuasan naluri seksual mereka. Dengan berbagai macam cara, mereka berusaha untuk memenuhi hasrat seksual mereka bahkan dengan melakukan penyimpangan seksual sekalipun, seperti homoseksual, incest, pedofilia, nekrofilia, zoofilia, atau semacamnya yang semakin menjauhkannya dari fitrah sebagai seorang manusia normal. Namun tidak pernah ada tindakan tegas dari pemerintah terhadap para pelaku penyimpangan seksual ini.

Budaya dunia yang semakin permisif menjadikan manusia hidup sebebas-bebasnya sesuai apa yang dianutnya. Bahkan sistem kapitalisme menjadi pendukung utama agar Negara menjamin setiap kebebasan individu warga negaranya. Artinya, Negara tidak berhak mengganggu kebebasan tiap-tiap orang. Inilah yang akhirnya menjadikan hukum-hukum itu kebal di hadapan para pelaku kejahatan. Dengan uang, kebebasan dapat diraih. Undang-undang dan hukum pun takluk. Inilah kehidupan dalam sistem kapitalisme, karena kebebasan mendapat jaminan penuh dari si pembuat hukum.

Bagaimana Solusinya?

Harus kita apresiasi tinggi, bahwa Komnas Perlindungan Anak Indonesia cukup cepat tanggap untuk bisa menyelesaikan kasus kejahatan seksual terhadap anak yang terus meningkat. Namun tak cukup dengan itu, karena seharusnya Negara itulah yang memiliki wewenang tertinggi untuk bisa mengatasi setiap permasalahan yang terjadi pada masyarakatnya. Jika kita lihat, Indonesia sebenarnya memiliki undang-undang yang mengatur tentang kejahatan seksual atau pun tentang anak-anak. Akan tetapi, tampaknya undang-undang ini tidak memiliki ketegasan yang nyata.

Justru kasus yang sama berulang kembali seperti tak ada jejak hukuman bagi para pelaku. UU dan sanksi yang berlaku sama sekali tak memberikan efek jera.  Apa yang salah? Undang-undang memang ada, tapi lihatlah kapitalisme menjamin setiap kebebasan individu. Kontradiktif bukan? Artinya sekeras apapun undang-undang yang mengatur, ia akan takluk di bawah sistem yang menaunginya.

Islam Punya Solusi

Islam adalah sebuah aturan kehidupan yang komprehensif dan menyeluruh. Islam memiliki solusi atas setiap permasalahan yang terjadi di dunia ini, termasuk pun atas masalah kejahatan seksual terhadap anak. Dalam Islam, naluri adalah salah satu potensi yang diberikan Allah swt. kepada setiap manusia, salah satunya adalah naluri seksual atau naluri melestarikan jenis. Artinya, ia menjadi fitrah bagi manusia. Namun, sebagai makhluk Allah, manusia wajib tunduk terhadap aturan yang telah diturunkan-Nya. Manusia tidak boleh menuruti nalurinya sesuai kehendaknya sendiri. Naluri seksual hanya boleh muncul dalam kehidupan suami-istri dan terlarang dilakukan bagi selain pasangan yang telah halal baginya. Sebab, Islam menetapkan bahwa hakikat pemenuhan naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan umat manusia, bukan kepuasan semata. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap Muslim. Oleh karena itu, untuk menjaga naluri ini Islam sangat mengaturnya. Islam mengaturnya secara khusus dalam sistem pergaulan, bagaimana interaksi antar perempuan dan laki-laki, hubungan dalam keluarga, etika interaksi dalam masyarakat, batasan-batasan aurat, dan lainnya.

Oleh karena itu, penyelesaian kasus ini tidak bisa dilakukan secara parsial, karena memang membutuhkan solusi sistemik. Negara dengan aparatur dan UU yang abai, sampai kapan pun kasus yang sama akan terus berulang. Akan tetapi, ketika aparatur dan sistemnya diubah, otomatis penyelesaian masalah pun akan ditindak secara berbeda. Secara mendasar, syariah Islam mengharuskan negara untuk senantiasa menanamkan akidah Islam dan membangun ketakwaan pada diri rakyat.  Negara pun juga berkewajiban menanamkan dan memahamkan nilai-nilai norma, moral, budaya, pemikiran dan sistem Islam kepada rakyat.  Hal itu ditempuh melalui semua sistem, terutama sistem pendidikan baik formal maupun non formal dengan beragam institusi, saluran dan sarana.  Dengan begitu, maka rakyat akan memiliki kendali internal yang menghalanginya dari tindakan kriminal termasuk kekerasan seksual dan pedofilia.  Dengan itu pula, rakyat bisa menyaring informasi, pemikiran dan budaya yang merusak.  Penanaman keimanan dan ketakwaan juga membuat masyarakat tidak didominasi oleh sikap hedonis, mengutamakan kepuasan materi dan jasmani.  Begitupun dengan semua itu rakyat banyak juga bisa terhindar dari pola hidup yang mengejar-ngejar dunia dan materi yang seringkali membuat orang lupa daratan, stres dan depresi yang membuatnya bersikap kalap. Selain itu, Negara tidak akan membiarkan pornografi dan pornoaksi tersebar di tengah-tengah masyarakat. Begitu pula dengan sanksi yang akan di dapat oleh pelaku kejahatan ini akan memberikan efek yang jera. Bagi para pelaku penyimpangan seksual seperti homoseksual, dalam sistem sanksi Islam, hukuman bagi para pelakunya adalah hukuman mati. Begitu pula dengan para pelaku pedofilia dalam bentuk sodomi akan dijatuhi hukuman mati. Siapa saja yang kalian temukan melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual) maka bunuhlah pelaku (yang menyodomi) dan pasangannya (yang disodomi).” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi)

Ijmak sahabat juga menyatakan bahwa hukuman bagi pelaku homoseksual adalah hukuman mati, meski diantara para sahabat berbeda pendapat tentang cara hukuman mati itu. Hal itu tanpa dibedakan apakah pelaku sudah menikah (muhshan) atau belum pernah menikah (ghayr muhshan). Jika kekerasan seksual itu bukan dalam bentuk sodomi (homoseksual) tetapi dalam bentuk perkosaan, maka pelakunya jika jika muhshan akan dirajam hingga mati, sedangkan jika ghayr muhshan akan dijilid seratus kali.  Jika pelecehan seksual tidak sampai tingkat itu, maka pelakunya akan dijatuhi sanksi ta’zir.  Bentuk dan kadar sanksinya diserahkan kepada ijtihad khalifah dan qadhi.

Begitulah Islam akan menjadi pencegah serta penyelesaian setiap masalah. Namun, itu semua tidak akan dapat terealisasikan ketika Islam belum diterapkan dalam sebuah institusi Khilafah Islamiyah. Karena sejatinya, dengan Khilafah saja syariat Islam akan tegak dan semua permasalahan akan dapat diatasi. Islam datang dari Allah swt. Tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta. Allah swt. pula yang telah menurunkan Al-Quran, dan menjadikan Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya dan juga suri tauladan untuk diikuti oleh umatnya. Sudah saatnya bagi kita untuk mencampakkan sistem kapitalisme buatan manusia yang bobrok ini. Sebaliknya, justru ini adalah saatnya untuk menerapkan syariat Islam secara total dan menyeluruh dalam Daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahu’alam bisshawab

dimuat di situs http://www.suara-islam.com/read/index/10789/Watch-Out--Darurat-Kejahatan-Seksual-terhadap-Anak-