Kamis, Februari 21, 2013

Untukmu

Aku kadang bertanya-tanya pada diri sendiri. Ketika jalan lurus itu sudah terbentang di depan mata, lalu kenapa malah tubuhnya meminta untuk mundur? Padahal hatinya yakin bahwa jalan itu memang lurus menuju tujuan yang selama ini ia inginkan. Kaki-kaki itu hanya tinggal melangkah ke depan menuju masa depan yang pasti cerah sesuai yang ia yakini dalam hatinya. Hanya saja, mengapa godaan jalan di belakang tubuh itu begitu besar sehingga seolah-olah masih ada seutas benang yang belum terputus, ternyata dengan sangat kuat bisa menarik tubuhnya itu. Atau bahkan, kaki-kaki mereka sudah melangkah di jalan yang pasti menyelamatkan dirinya, tapi ternyata benang yang tidak terlihat itu menariknya mundur dan membawanya berjalan di atas jalan yang justru menyesatkan dirinya. Heran, aku heran!

Memang semua itu pilihan! Pilihan saya atau diri Anda sendiri. Anda bebas memilihnya sesuai dengan keyakinan Anda! Tapi bukankah ada sebuah petunjuk yang bisa mengantarkan Anda pada sebuah pilihan yang pasti?! Lalu, mengapa banyak sekali orang yang masih meragukan kebenarannya. Indera manusia dan akal manusia memang terbatas, dan mereka terlalu banyak tertipu oleh pandangan dunia yang kadang cukup memuaskan ego untuk melakukan pembenaran terhadap apa yang mereka yakini. Atau justru mereka menafikan kebenaran itu, untuk mengalihkan perhatiannya kepada yang lain, sesuatu yang membuat mereka terlupa bahkan sengaja dihilangkan hanya untuk memuaskan hasrat terdalam dari jiwanya.

Kadang itu pula yang muncul dalam diri saya sendiri. Bukan karena keragu-raguan atau apalagi ketidakpercayaan. Tetapi terpedaya dalam tipuan itulah justru yang sering kali muncul, diiming-imingi oleh ketidakpastian, didorong oleh hasrat terpendam yang mengikat, dibuai oleh sedapnya pemandangan yang terlihat oleh mata yang sangat terbatas jarak pandangnya. Pemberontakan diri kadang muncul dalam suasana tidak terduga. Bahkan terbesit pula keinginan dalam sisi lain dari jiwa ini, untuk menembus terowongan gelap yang membutakan mata. Astaghfirullahaladzim.

Life is choice! Kata-kata itu begitu terngiang-ngiang dalam lubuk hati terdalam. Pilihan yang sudah kita ambil memang beresiko, pilihan apa pun itu! Apalagi ketika diri ini mengingat bahwa ini memang permintaan dari sebuah jiwa yang kosong tak berisi kepada Sang Maha Pemberi. Lalu, mengapa aku harus membuang pemberian dari-Nya?! Rugi sekali diri ini! Lalu ketika Anda berada dalam ketidakpastian, atau kebimbangan, mengapa Anda tidak meminta padaNya? Bukankah Anda yakin, bahwa Ia akan selalu menolong Anda? Minta saja pada-Nya!

Waktu demi waktu terus berlalu, seiring dengan itu, daun-daun yang layu pun mulai berguguran ke atas tanah, menjadi sesuatu yang busuk, dan akhirnya hancur berkeping-keping terbawa angin. Bagiku, menjadi sebuah daun hijau segar yang tinggal bersama pohon adalah pilihan. Aku tidak mau menjadi daun layu yang kemudian rapuh dan akhirnya membusuk di atas tanah. Ini semua adalah pilihan. Dan aku akan meminta kepada-Nya kembali, agar aku senantiasa menjadi daun hijau segar yang tak akan pernah lepas dari pohonnya sekuat apapun angin berhembus menggoyangkan tubuh sang pohon.

Begitu pula dengan Anda. Tidak pernah ada abu-abu dalam kehidupan ini. Anda harus memilih menjadi putih, atau hitam! Tidak bisa abu-abu! Melangkahlah secara pasti, jangan pernah takut, karena Ia selalu mengiringi langkah-langkah kecil kita, menghitung berapa banyak jejak-jejak kita di jalan-Nya, dan akhirnya Ia juga yang akan menyediakan tempat peristirahatan bagi kita di ujung jalan-Nya. Mari kita melangkah bersama wahai saudaraku!


Tidak ada komentar: